Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Fenomena Pendidikan di Indonesia, PPDB Selalu Mengundang Polemik

29 Juni 2020   14:53 Diperbarui: 29 Juni 2020   15:30 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: tirto.id

Di kota karena banyak diserbu warga daerah akan melonjak drastis penduduknya. Anak usia sekolah akan banyak. Sedangkan di desa, anak usia sekolah sangat sedikit.

Pandangan warga kampung bahwa sejahtera bisa dicapai jika ke kota itulah yang menjadikan kota banyak penduduk, banyak anak usia sekolah dan berujung pada proses PPDB.

Untuk mengubah atau memulangkan para perantau jelas akan semakin membuat kondisi negara tidak nyaman. Akan terjadi demo besar-besaran karena merasa tidak memiliki kebebasan untuk mencari nafkah. Padahal tugas negara adalah menjamin kesejahteraan warga negaranya.

Jika sudah begitu kompleks masalah persebaran penduduk yang berujung pada PPDB, ada baiknya kita mulai berpikir logis. Dari tingkat bawah sampai pusat.

Dari tingkat bawah perlu menyadari bahwa persaingan urusan PPDB di kota jelas sangat ketat. Bagaimanapun kebijakan dikeluarkan jika tidak disadari oleh banyak pihak, akan selalu menjadi masalah besar di tiap tahunnya. Selalu ada yang merasa tidak puas dengan kebijakan yang ada.

Perlu diubah persepsi ketika mau menyekolahkan anak. Jangan berpikir untuk menyekolahkan di sekolah negeri yang dianggap favorit. Toh sebenarnya kemampuan guru sama.

Yang membedakan hanya pada faktor sarana dan prasarana. Nah jika demikian, pihak pemangku kebijakan harus memperhatikan fasilitas sekolah negeri yang dianggap tidak favorit. Pengadaan sarana prasarana harus berimbang.

Kasihan juga orangtua dan siswa, gara-gara melihat sarana prasarana di sekolah, akhirnya mumet sendiri. Protes karena anak tidak diterima di sekolah yang diinginkan gara-gara usia belum mencukupi ---tak sesuai juknis PPDB---.

Sebenarnya semua berpulang pada pandangan masyarakat akan keberadaan sekolah. Selama sekolah, guru dan masyarakat melihat kualitas guru hampir sama, maka siswa tidak akan merasa berkecil hati ketika belajar di sekolah yang tidak diinginkan.

Namun jika tidak menginginkan polemik PPDB selalu menghiasi warta di televisi, surat kabar dan sosial media, perlu kita tanyakan pada para perantau, bisakah kembali ke kampung halaman sehingga sekolah di daerah asal tetap lestari. Ya karena semua berakar dari persebaran penduduk yang njomplang.

Tentu akan sangat sedih jika tahu sekolah tempat sekolah dulu, ternyata tinggal nama gara-gara regrouping di mana asal muasalnya karena kurang siswa. Pilihan ada pada pribadi masing-masing sembari kita tunggu pemangku kebijakan untuk mencari solusi yang paling tepat ke depannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun