Menulis, tak hanya konten dan konteks. Tapi juga bisa dipelajari cara menyajikan, etika juga estetika menjadi sajian sebuah tulisan 'kan?Â
Tulisan di atas adalah kutipan dari seorang senior pada WAG Kepenulisan Parenting. Beliau menyinggung bagaimana sebuah tulisan agar tidak memusingkan bagi para penikmat tulisan. Entah tulisan berupa artikel, puisi maupun cerpen.
Saya sepakat dengan pendapat beliau. Menulis adalah aktivitas mengeluarkan gagasan yang tujuannya untuk memberi pencerahan, pengetahuan bagi para pembaca. Pembaca biasanya akan menikmati tulisan, tak sekadar dari seni atau tampilannya.Â
Sebuah tulisan akan lebih terasa nyaman dibaca jika kalimat yang dipergunakan adalah kalimat yang sederhana. Tampilannya juga sederhana.Â
Dalam satu paragraf, kalimatnya tak perlu terlalu banyak. Karena mata pembaca lebih merasa mudah jika menikmati tulisan yang tidak neko-neko dan singkat kalimatnya.
Artikel yang baik sebisa mungkin disajikan secara singkat, padat, jelas. Meski demikian, penulis bisa juga menyisipkan kalimat yang sedikit puitis. Hanya untuk memperindah tulisan saja.
Tulisan memang bisa menunjukkan seni dari sang penulis dalam mengolah kata atau diksi. Apalagi dalam penulisan puisi. Menurut senior saya, puisi yang bagus itu tidak harus selalu puitis dari awal hingga akhir.Â
Tampilan setiap bait diusahakan enak dipandang dan memudahkan membaca serta memahaminya. Bait sendiri biasa ditulis rata. Baru nanti setiap perpindahan bait bisa ditambahkan enter. Mengenai jumlah baris dalam puisi, bisa dikembangkan sendiri oleh setiap penulis.Â
Tuliskan sub judul dan sisipkan foto pendukung
Tampilan artikel, masing-masing penulis memiliki kekhasan. Saya perhatikan beberapa penulis yang menulis dengan sub judul pada setiap tulisan sampai pada kesimpulan. Ada juga yang lempeng.