"Mas, hari ini tanggal berapa ya?"
Suami mengecek kalender pada layar HPnya.
"Tanggal 22," jawabnya singkat.
"Njenengan ingat nggak tanggal 22 ada apa?" tanya saya. Dengan cueknya suami tak mengatakan apapun, padahal tanggal itu cukup menyejarah bagi kami. Pernikahan.
Sebenarnya kami berdua tak terlalu memikirkan peringatan tanggal pernikahan. Toh memang itu tak terlalu penting. Hal terpenting adalah selalu menjaga hati agar selalu langgeng.Â
Pernikahan adalah sebuah peristiwa yang sangat sakral. Dari peristiwa ini dua keluarga besar akan bersatu oleh sebuah ikatan dua insan yang telah diijabkabulkan di hadapan penghulu dan para saksi.
Karenanya masing-masing insan tadi harus menjaga diri demi keluarga. Merekalah yang pertama kali akan mendapatkan malu jika terjadi sebuah pernikahan yang gagal.
Tentu sebagai orang yang normal, kita tidak ingin mengecewakan keluarga. Jadi dalam diri ada kesadaran untuk menjaga pandangan dan hati. Apalagi jika keluarga sudah dikaruniai buah hati. Mereka tentu akan mendapat dampat negatif dari sebuah perpisahan.
Untuk itu, ada kalanya pasangan suami isteri kembali mengingat kenangan masa lalu, di mana ada perjuangan untuk mencapai jenjang pernikahan. Ada H2C ---Harap-harap Cemas--- ketika menyatakan perasaan dan menunggu jawaban atau mau memberikan jawaban ketika "ditembak".
Masing-masing individu perlu mengingat kembali hal tersebut. Dengan begitu, ketika hati kesal dengan pasangan, seketika juga akan hilang dan kembali tersenyum saat mengingat serunya perjuangan masa lalu.
Perjuangan mendapatkan seseorang memang lebih mudah ketimbang merawat dan menjaganya. Masing-masing harus mau memupuk rasa sayang dan menyiangi hambatan yang muncul. Bukan menyerah ketika bermunculan hambatan dan cobaan.