Aku mengedikkan bahu.
"Dulu aku mengenal perempuan yang kulihat baik..."
"Nah... kalau begitu ajak dia..."
"Aku tidak tahu siapa namanya. Alamatnya apalagi..."
Mas Cahyo heran. Dari matanya menyelidik. Lalu kuceritakan perihal perempuan yang selalu kukawal sekitar tujuh tahun lalu. Mas Cahyo tertawa lebar. Aku jengkel karenanya.
"Yaaa... tujuh tahun?? Kalau begitu sulit, Zain. Mana mungkin bisa mencari dia..." kata mas Cahyo masih dengan suara agak tertawa.
Aku mengiyakan kata-kata sepupuku itu. Jelas sulit mencari perempuan yang dulu bermotor warna merah. Pasti saat ini meski sering bertemu di jalan pun, aku tak mengenalinya. Aku hanya mengenal wajahnya tetapi namanya pun tak tahu.Â
Dan selama beberapa tahun ini, setiap Senin pagi, tak pernah kulihat perempuan bermotor warna merah itu. Hanya penyesalan, mengapa aku tak memperkenalkan diri padanya saat aku pernah berjumpa dengannya?Â
Saat itu tanpa sengaja aku bersama sepupu perempuanku mampir di rumah makan Padang. Di sana kulihat motor merah terparkir di area parkir. Ternyata perempuan itu keluar dari rumah makan.
Saat itu kusapa perempuan yang saat itu mengenakan jilbab biru. Dia agak bingung. Maklum, ketika bertemu di jalan, masker tak pernah lepas dari wajahku. Tapi begitu melihat motor terparkir, dia baru sadar.
"Ini pacarnya ya, mas?"