Saat ini anak kedua saya cemberut. Gara-gara saya "omeli". Aplikasi pada HP banyak yang diuninstall olehnya. Padahal aplikasi penting, seperti Dokumen Word ada di sana. Dan itu ikutan teruninstall.Â
Bukan menjadi masalah jika aplikasi bukan Dokumen Word yang teruninstall. Saya tak akan ambil pusing. Lah ini Dokumen Word, banyak data di sana.Â
Saya memang terbiasa menulis dan bahkan membuat soal dan materi tugas untuk siswa dengan HP. Untuk membuka laptop tidak memungkinkan. Mengetik dengan laptop memerlukan tempat yang harus nyaman. Posisi duduk pun diutamakan. Â
Sedang mengetik di HP tidak mengharuskan menulis dalam keadaan duduk atau tengkurap. Bisa sambil tiduran. Itulah makanya HP tetap menjadi pilihan untuk menulis dengan santai.
Sayangnya memang ketika saya mengetik atau menulis pada aplikasi Dokumen Word, tidak saya sinkron-kan dengan Google Drive. Tetap saya simpan di perangkat HP. Jadi begitu aplikasi teruninstall, bablas-lah data saya.
Antara kesal, sebal, menyesal tetapi juga harus ada sabar juga. Saya harus memaklumi anak-anak jika ada hal yang hilang dari hp. Namun saya tetap harus mengajari anak ---terutama anak pertama dan kedua--- agar aplikasi yang ada tidak dihapus lagi.Â
Karena mereka hanya meminjam HP ibunya. Meminjam itu tidak boleh menghilangkan. Itu penekanannya. Mereka harus belajar menghargai milik orang dan bertanggungjawab. Namun anak saya tetap cemberut. Akhirnya pergi ke rumah simbahnya.Â
Terus terang baik saya, suami maupun anak ada kesalahan dalam kasus ini. Pertama, hp tidak dikunci atau tidak dipassword. Jadi anak bisa bebas membuka HP, tanpa harus tanya password-nya.
Sebenarnya dahulu hp saya password. Tujuannya biar anak-anak tidak bebas menggunakan HP saya. Jika mereka meminjam HP, barulah saya bukakan password-nya. Jangan sampai anak sampai tahu password-nya.Â
Saya khawatir jika akan sembarangan menggunakan HP. Terutama dalam nge-game dan YouTube-an. Bagaimanapun mereka harus dididik hemat data internet. Dan mencegah akses hal-hal negatif.Â
Oh iya. Untuk password Hp sendiri, saya lebih memilih yang kode angka, bukan pola. Karena anak saya biasanya akan curi-curi menghafalkan pola password.Â