Lalu suamiku bercerita bahwa dia akan menjalani Rapid Test beberapa hari ke depan. Aku sangat shock mendengar kabar itu.
Aku hanya beristighfar sambil menggelengkan kepala. Seakan tak percaya bahwa suamiku akan menjalani Rapid Test. Artinya dia kontak dengan orang yang positif Corona.
"Lha kok bisa, mas? Berarti pak Din positif Corona?" Tanyaku untuk meyakinkan diri bahwa memang pak Din Rapid Test lagi dan hasilnya positif Corona.
Pak Din adalah rekan kerja suamiku. Aku pernah mendengar dari suamiku kalau pak Din menjalani Rapid Test. Hasilnya negatif. Saat itu aku sudah lega.Â
Namun betapa kagetnya tadi ketika mendengar bahwa pak Din sekarang baru menunggu hasil tes swabnya. Pak Din sendiri terpapar virus dari tetangganya.
Ya Allah. Rasanya seperti mimpi. Aku hanya berharap suamiku baik-baik saja. Begitupun denganku, anak-anak, saudara dan tetanggaku.
Rasanya aku juga tak mungkin pulang ke rumah bapak. Aku khawatir jika akan mengancam kesehatan bapak dan adikku.
Suamiku sendiri dalam keadaan baik dan merasa baik. Namun aku tetap saja merasa khawatir.
Ah... Covid 19 benar-benar menjadi hantu bagi semua orang. Aku tetap shock sampai saat ini. Meski sebenarnya belum tentu suamiku positif Corona.Â
"Sudahlah. Anggap tak terjadi apa-apa," hibur suamiku.
Kuhela nafas panjang. Aku harus positive thinking, dan lebih menjaga kesehatan keluarga. Ternyata, seberapapun dan bagaimanapun hati-hatinya menghadapi Covid 19, tetap saja ada teman suami yang positif.