Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Kemenangan di Hari Raya, Bukan karena Manusia Hebat tetapi...

17 Mei 2020   07:32 Diperbarui: 17 Mei 2020   07:31 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: plus.kapanlagi.com

Setelah berpuasa selama satu bulan dan melaksanakan amalan sesuai  perintah agama, umat Islam di seluruh dunia menyambut hari kemenangan. Hari nan suci setelah umat Islam menahan diri dari berbagai nafsu.

Ya selama bulan Ramadan, manusia mengkarantina diri. Melaksanakan amalan-amalan shalih dan menahan segala amarah. 

Karantina diri di bulan Ramadan tahun ini pun ditambah dengan kondisi pandemi covid 19. Hampir di seluruh dunia terjangkit virus berbahaya ini. Umat benar-benar diuji berat. 

Ketika berhasil memenangkan masa karantina di bulan Ramadan, sudah seharusnya dilanjutkan ke bulan-bulan berikutnya. Perbuatan atau amalan shalih harus berkesinambungan. Karantina atau di rumah aja masih harus dilakukan karena masa pandemi belum kunjung berakhir.

Namun saat pandemi memang harusnya menjadi alasan semakin dekatnya dengan Sang Pencipta. Ibadah lebih getol dan tidak beraktivitas aneh-aneh di luar rumah. 

Dalam hal ini, manusia tidak boleh puas dengan capaian yang diraih pada bulan Ramadan. Manusia harus berusaha menjadi lebih baik setelah bulan Ramadan berakhir.

Manusia memang tak sempurna. Dengan virus yang sangat kecil saja sangat takut. Manusia selalu memiliki kelemahan di balik kelebihannya. Manusia bukan sosok yang hebat. Tidak hebat karena dekat dengan kesalahan dan meraih kemenangan di bulan Syawal bukan bukti kalau itu kuat. 

Ketika menyadari bahwa diri tidak hebat maka manusia perlu mengagungkan Sang Pencipta dengan takbir dan selalu dekat denganNya. Takbir merupakan pengakuan diri manusia bahwa Sang Pencipta-lah yang Maha Hebat. 

Takbir ini digemakan pada jelang Idul Fitri sampai jelang shalat Idul Fitri. Karena jelas tak ada takbir keliling dan shalat Idul Fitri di lapangan atau masjid maka bisa dilaksanakan di rumah. Sesuai edaran dari MUI atau organisasi seperti Muhammadiyah atau NU.

Saat Idul Fitri itulah maka kesucian yang merupakan kodrat manusia ketika terlahir ke dunia bisa teraih lagi. Tanpa dosa.

Untuk mencapai kesucian dan hidup laksana bayi yang baru saja lahir itu tentu haruslah memelihara hubungan baik dengan Sang Khaliq dan sesama manusia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun