Menekan anak untuk pandai itu akan berakibat buruk bagi kejiwaan anak. Mereka akan stress. Akhirnya mereka mencari pelampiasan yang nyleneh. Berbuat apa yang disukainya meski tak sesuai dengan norman.
Prestasi memang hal yang membanggakan bagi orang tua. Kebanyakan menganggap bahwa sikap, moral dan spiritual itu bukan sesuatu yang patut dibanggakan karena tidak ada angka pasti yang didapatkan anak. Tak ada ranking.Â
Namun jika sikap, moral, spiritual tidak dilatih sejak dini, akhirnya akan timpang. Di masa dewasa mereka akan kehilangan jati diri yang positif.Â
Jika sudah seperti itu, orangtua akan menangis dan sedih dengan kelakuan sang anak. Penyesalan dalam mengasuh anak tak bisa dihindarkan. Mendidik anak yang beranjak dewasa dan anak tentu beda hambatannya. Anak kecil lebih mudah diarahkan. Beda dengan orang dewasa.
Penyesalan yang dialami orangtua sangat wajar. Namun sebagai orangtua, bukan berarti melindungi anak. Tunjukkan bahwa anak memang salah dan perlu mengubah perilaku.
Jika memang sudah berhadapan dengan polisi, ya orangtua harus berbesar hati membantu polisi. Anak memang perlu dididik lagi dengan cara lain. Biarkan anak tumbuh menjadi sosok yang dewasa dan bertanggungjawab. Ajarkan kepada anak bahwa maaf tidak akan menyelesaikan permasalahan yang ada.
Anggaplah maaf sebagai salah satu terbebasnya anak dari hukum sosial. Namun secara pidana biar anak menjalaninya demi terarahnya hidup anak. Karena orangtua tak selamanya bisa hidup dan melindungi anak. Mari bekali anak dengan ilmu agama dan iptek secara baik dan seimbang.
Bagi masyarakat umum, segala hal yang beredar di dunia maya harus menjadi pembelajaran yang baik. Tenarlah, terkenallah dengan cara yang baik karena hal itu membuat capaian hidup menjadi lebih berkah.
Jadikan bulan Ramadan yang penuh keprihatinan kali ini sebagai sarana untuk memperbaiki sikap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H