Bulan Ramadan, bulan suci nan penuh ampunan. Untuk menyambut bulan Ramadan kaum ibu sudah dipusingkan mau masak apa untuk sahur dan buka puasa. Apalagi untuk tahun ini masjid tidak menyelenggarakan kegiatan takjilan atau buka puasa bersama.
Pada kondisi normal, takjilan akan membuat beragamnya menu makanan. Setidaknya untuk anak. Maklumlah, anak termasuk mudah bosan dalam hal makanan. Padahal untuk menjalankan puasa dan berbuka puasa, anak harus memperhatikan terpenuhinya gizi mereka. Jika tak divariasi, mereka akan sulit makan. Lagi-lagi ibunya akan pusing menyiapkan menu berbuka dan sahur.
Kini, ibu lebih kebingungan. Anak-anak berbuka puasa di rumah. Kegiatan lain pun dilakukan di rumah. Demi memutus mata rantai persebaran Virus Corona.
Ada beberapa ibu yang akhirnya melakukan aksi borong bahan makanan. Demi terpenuhinya kebutuhan makanan.Â
Setok bahan makanan cukup melimpah. Hingga di meja makan pun tersedia aneka minuman dan makanan. Dalihnya karena anggota keluarga memiliki makanan kesukaan sendiri-sendiri.
Jika demikian adanya, kapan kita belajar mengerem hawa nafsu? Kapan belajar mengalah dan bersyukur jika makanan kesukaan harus selalu ada di meja setiap kali berbuka puasa maupun sahur.
Bukankah lebih baik jika di meja makan cukup ada sejenis minuman yang setiap hari disiapkan secara bergantian? Daripada di meja penuh dengan beragam minuman juga makanan yang akhirnya hanya terbuang sia-sia.
Puasa itu seharusnya melatih kepekaan sosial. Jadi harus bisa sedikit prihatin dibanding bulan-bulan lainnya. Jadi menu minuman sejenis dan lauk pauk yang bergantian setiap hari itu lebih baik.
Saya pribadi, tak kalap untuk belanja makanan. Toh menyiapkan banyak makanan belum tentu habis. Jadi ya beli secukupnya. Lagi pula saya juga harus ingat bahwa tunjangan profesi belum tentu cair dengan lancar. Maklum bukan PNS, jadi yang diutamakan adalah PNS. Tak apa, semoga tetap dicukupkan rezeki saya.Â
Saya merasa tak perlu melakukan aksi borong secara gila-gilaan. Cukup siapkan setok sayuran untuk dua tiga hari, telur untuk seminggu, mie instan jika memang ingin mie instan untuk variasi makanan dan sebagainya.
Ketika menyetok sayuran dan bahan makanan lain, pastikan semua termasak. Tidak ada yang terbuang. Bagaimanapun uang harus dimanfaatkan benar-benar.Â
Setelah setok menipis atau habis, kemudian siapkan setok lagi untuk dua-tiga hari. Agar kulkas tak terlalu penuh.
Aksi menyetok untuk beberapa hari ini bukan berarti kalap berbelanja bahan makanan. Toh ini sudah sering dilakukan sebelumnya. Pergi ke pasar lalu membeli sayuran untuk beberapa hari. Tujuannya menghemat anggaran belanja dan menghemat waktu.
Nah...kalau urusan belanja barang lain gimana? Jangan-jangan malah ngamuk?
Sejak berkeluarga dan memiliki buah hati, saya lebih ngerem diri untuk belanja ini-itu. Untuk dolan yang juga bisa mengurangi uang di dompet pun jarang sekali.
Prinsipnya, semua yang saya miliki untuk membantu keluarga. Prioritas utama untuk pemenuhan kebutuhan anak-anak.Â
Motor, hp, atau barang lainnya dalam kategori jadul pun, tak saya pikirkan. Lebih baik digunakan untuk hal-hal yang lebih penting.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H