Bulan Ramadan selalu membawa keceriaan. Di sana ada cerita tentang kegiatan seru tetapi sarat ibadah. Apalagi ketika masih kecil. Bagaimana bisa memenuhi Buku Kegiatan Ramadan dengan sebaik-baiknya. Entah hafalan surat-surat pendek, doa salat, doa sehari-hari, tarawih dan tentunya puasa sehari penuh ataukah tidak.
Saat itu yang ada hanya ingin memenangkan "persaingan" di antara teman sebaya. Setiap hari, saat mengikuti takjilan, selalu saling tanya, puasa sehari apa mbedhug. Tentu akan sangat bangga saat berpuasa sehari penuh. Namun sebaliknya, hati akan malu sekali jika tak puasa sehari penuh.
Kenapa malu? Ya...namanya anak-anak. Kalau bercerita puasa setengah hari atau Asar, pasti ada teman yang berkomentar agak mengejek, "puasa mbedhug ---setengah hari/ sampai Dhuhur--- itu kejeduk-jeduk" atau kalau puasa sampai waktu Asar tiba ada lagi komentar, "puasa Asar, kesasar-sasar."
Tentu mendengar komentar teman yang seperti itu akan membuat hati malu, kesal, marah. Tetapi karena merasa memang belum mampu ya harus latihan puasa.Â
Nah... ketika ternyata bisa puasa sehari penuh itulah, hati tak terkira bahagianya. Dengan bangga pasti anak akan cerita kalau puasa sehari penuh. Teman-teman akan terkejut. Ibu dan bapak juga senang.Â
Jadi itulah harapan setiap Ramadan tiba, saat masih SD. Lalu ada pergeseran sedikit demi sedikit tentang harapan di bulan Ramadan. Misalnya, bisa mencapai target khatam membaca Alquran dalam sebulan.Â
Ketika berhasil, senang tentunya. Saat SMA pun demikian. Hanya saja, saat SMA karena saya ngekos dan menghabiskan waktu di kos, maka di waktu luang pasti diisi dengan membaca Alquran. Ada peningkatan target khatam Alquran.
Saat kuliah pun mulai berubah. Impian saat itu, sebisa mungkin tidak mengulang mata kuliah di semester berikutnya. Dan di tahu ketiga benar-benar berharap segera lulus kuliah.
Bagaimana harapan saat sudah bekerja dan berkeluarga?Â
Ketika dua anak perempuan belajar puasa sejak PAUD itu sangat membahagiakan. Apalagi semakin besar dan bisa memotivasi mereka untuk puasa sampai sehari penuh, tentu sangatlah menyenangkan.Â
Ada kebanggaan dan rasa haru ketika melihat anak-anak menghitung berapa hari puasa sehari penuhnya. Sampai saat ini, puasa di bulan Ramadan yang kebetulan berada pada masa pandemi covid 19, selalu ada rasa haru dan bangga pada anak-anak. Sembari berdoa agar mereka selalu dipelihara keimanannya sampai kembali keharibaanNya.