Sayur atau sup diletakkan di sebelah kiri hidangan utama (posisi angka 11). Salad, roti dan makanan kecil lainnya bisa diletakkan pada sisi kiri piring (posisi angka 10) dan garpu (posisi angka 9). Sedangkan
bumbu seperti garam, lada, saus dan sejenisnya, dapat ditempatkan di sebelah kiri makanan kecil.Â
Itulah idealnya peletakan makanan yang bisa dilatihkan kepada penyandang tunanetra atau buta. Namun dalam situasi keseharian memang kesemua menu belum tentu tersaji di atas meja. Dalam situasi tertentu tersebut bisa disesuaikan dengan kemampuan.Â
Bisa jadi dalam praktek keseharian akan ada posisi kosong pada menu tertentu. Setidaknya penyandang tunanetra diajari mandiri untuk mengambil makanan dengan menghafal posisi atau letak menu makanan.
"Kalau menu makanan tidak ajeg maka si anak tunanetra diberitahu letak makanan yang sudah tersaji di atas piring," jelas saudara saya.Â
Para penyandang tunanetra harus berlatih mengenai hal ini demi kepentingan masa depannya. Dengan keterbatasannya mereka tetap mandiri di usia dewasanya. Terus terang saya merasa sangat beruntung memiliki saudara saya yang mengajar di SLB. Saya bisa mendapatkan ilmu tentang anak berkebutuhan khusus darinya.
Dalam hal menu makanan bagi penyandang tunanetra juga. Ternyata ada aturan tertentu untuk menyajikan menu makanan bagi mereka.
Kita sebagai orang yang tidak terjun langsung di dunia mereka juga tak salah bila mempelajari tentang posisi atau peletakan menu makanan bagi penyandang tunanetra. Agar kita tidak kaget jika suatu saat berkomunikasi dan harus menjamu makan. Ya sebagai bentuk penghargaan kita terhadap mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H