Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Kemuning

11 April 2020   11:51 Diperbarui: 19 Juli 2020   08:00 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bunga Kemuning. Dokpri

Siapa yang tak tahu kemuning? Kembang yang harum dan mewangi, saat pagi atau sore hingga malam. Wewangian alami sekaligus memanjakan mata, terutama bagi pecinta bunga.

Seperti ibuku yang senang sekali merawat bunga dibanding aku.

"Hush...ibu juga merawatmu ya, le. Cuma nggak kayak pas kamu balita. Tuh umur kamu berapa?"

Aku nyengir mendengar ucapan ibu. Memang aku sudah mahasiswa. Pastilah ibu cukup memberi perhatian padaku. Urusan lain harus kulakukan secara mandiri.

"Le, nanti kamu jemput Kemuning ya!" ucap ibu. Aku tersentak. Nama itu muncul lagi dari mulut ibu.

"Halah, bu. Siapa pula dia? Aku tak mengenalnya sama sekali."

"Kamu kenal. Nggak usah bohong!"

"Beneran!"

"Dosa kalau bohong, le! Dia satu kampus denganmu".

Aku tertawa sambil menggelengkan kepala. Ah...ibu sepertinya menganggap kampus itu cuma seperti sekolah-sekolah. Cuma sekompleks saja pasti di pikiran ibu. Padahal kan luas banget. Mana aku tak tahu Kemuning yang disebut ibu itu kuliah di fakultas apa, program studi apa, angkatan berapa.

"Wis to, le. Manut ibu to. Kemuning itu bikin masker buat membantu rumah sakit dan bakti sosial. Gratis lho bikinnya. Nanti kita salurkan lewat sekretariat kampung."

"Oh ya?"

Ibu mengangguk. Aku mengacungkan dua ibu jariku. Jadi kukira Kemuning itu kuliah di program studi Tata Busana. 

Ah...aku jadi ingat dengan mahasiswi Tata Busana yang pendiam, cantik dan kalau tersenyum...aduhai... Ya meski aku cuma melihatnya dari jauh saja. Akupun tak tahu namanya. 

Okelah. Kupikir ini kesempatan buatku untuk menanyakan tentang mahasiswi itu kepada Kemuning.

Oh iya. Ibu bilang Kemuning itu putri teman ibu semasa kuliah dulu. Entah orang mana. Aku tak begitu mengingat ceritanya.

**

"Aku menunggumu di dekat Kopma ya, mas. Makasih."

Kubaca pesan Kemuning. Kulihat profilnya hanya gambar bunga kemuning. Tak kutahu wajahnya.

"Oke. Tapi kamu yang seperti apa?" balasku.

"Heheh.. Aku perempuan, mas."

"Iyalah. Maksudku ciri-cirinya. Kulihat profilmu cuma kembang. Apa wajahmu emang kayak kembang."

"Blouse biru. Jilbab biru donker."

Ah... Biru sama biru donker itu bedanya apa? Perempuan aneh-aneh saja. Cukup bilang biru saja, aku sudah paham.

**

Aku menunggu Kemuning. Bukan dia yang menungguku.

"Aduh, mas. Maaf ya. Aku masih ambil satu kantong plastik lagi jahitan maskernya. Tunggu ya!"

Hmmm. Perempuan ini berani-beraninya menyuruhku menunggu. Aku Pras, mahasiswa paling favorit disuruh menunggu perempuan asing.

Biasanya mahasiswi-mahasiswi yang menungguiku. Kini terbalik. Hufft. Kuhembuskan nafasku.

"Masih berapa lama lagi?" Kukirimkan pesan pada Kemuning lagi.

Tak ada balasan darinya. 

**

Sambil menunggu Kemuning aku buka-buka channel youtube. Biar tak bosan.

Tiba-tiba motor mahasiswi Tata Busana yang selalu membuatku penasaran menghentikan sepeda motornya di dekat Kopma. Di seberang tempatku menunggu Kemuning. Di sana sudah ada satu kantong plastik besar. Mahasiswi itu menurunkan satu kantong plastik besar lagi.

"Aku sudah sampai, mas. Mas cepet ke sini."

"Iya. Di mana?"

Konyol sekali. Harusnya Kemuning mengenaliku dari foto profilku. 

"Blouse biru."

Aku celingukan mencari sosok itu. Cuma ada satu mahasiswi di sekitar Kopma. Kuperhatikan sekelilingku. Termasuk mahasiswi yang berdiri di dekat 2 kantong plastik besar. Mahasiswi itu membuka jaketnya.

"Maaf. Tadi aku jaketan. Kalau sudah lihat aku, ke sini ya, mas."

Aku memastikan pakaian yang dikenakan mahasiswi itu. Kuucek mataku. Blouse biru iya. Jilbab biru donker? Ah yang seperti apa?

"Ya Allah. Diakah Kemuning?" hatiku berdebar dan harap-harap cemas.

Kupotret mahasiswi itu. Hasil jepretan kukirimkan pada Kemuning.

"Inikah?"

"Y"

**

Mungkin ini yang namanya kejutan. Aku begitu ingin berkenalan dengan mahasiswi Tata Busana tapi belum punya keberanian. 

Ternyata dia itu putri teman ibuku. Kemuning namanya. Memang namanya unik. Tapi aku menyukainya.

Kemuning, mahasiswi yang punya kepedulian tinggi. Di saat teman-temannya menjual masker saat masa pandemi Covid 19, dia malah memberikan gratis demi sesama.

Sungguh aku merasa beruntung karena manut pada ibu. Kukira kalau aku tak menuruti keinginan ibu, aku hanya akan melihat Kemuning dari jauh terus. Ya aku harus berterimakasih pada ibuku. Karena permintaan ibu untuk menjemput Kemuning, keran perkenalan terbuka untukku. 

"Hai. Jadi dibawa ke sekretariat nggak, mas?" tanya Kemuning menyadarkanku.

"Siap!" 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun