Siapa yang tak tahu kemuning? Kembang yang harum dan mewangi, saat pagi atau sore hingga malam. Wewangian alami sekaligus memanjakan mata, terutama bagi pecinta bunga.
Seperti ibuku yang senang sekali merawat bunga dibanding aku.
"Hush...ibu juga merawatmu ya, le. Cuma nggak kayak pas kamu balita. Tuh umur kamu berapa?"
Aku nyengir mendengar ucapan ibu. Memang aku sudah mahasiswa. Pastilah ibu cukup memberi perhatian padaku. Urusan lain harus kulakukan secara mandiri.
"Le, nanti kamu jemput Kemuning ya!" ucap ibu. Aku tersentak. Nama itu muncul lagi dari mulut ibu.
"Halah, bu. Siapa pula dia? Aku tak mengenalnya sama sekali."
"Kamu kenal. Nggak usah bohong!"
"Beneran!"
"Dosa kalau bohong, le! Dia satu kampus denganmu".
Aku tertawa sambil menggelengkan kepala. Ah...ibu sepertinya menganggap kampus itu cuma seperti sekolah-sekolah. Cuma sekompleks saja pasti di pikiran ibu. Padahal kan luas banget. Mana aku tak tahu Kemuning yang disebut ibu itu kuliah di fakultas apa, program studi apa, angkatan berapa.
"Wis to, le. Manut ibu to. Kemuning itu bikin masker buat membantu rumah sakit dan bakti sosial. Gratis lho bikinnya. Nanti kita salurkan lewat sekretariat kampung."