Perkembangan zaman dari waktu ke waktu sangat terasa perubahannya. Pada awal abad 21, rasanya belum banyak yang memiliki HP. Pada waktu itu HP merupakan sesuatu yang mewah, sekalipun HP sekadar untuk SMS dengan nada dering monoponik.
Saat ini HP sudah cukup canggih dengan harga murah sampai mahal. Tentu dengan merk yang semakin beragam.Â
Penggunaan HP yang semula sebatas komunikasi dengan SMS dan telepon sampai WA, telepon, video call. Pulsa dahulu digunakan untuk SMS dan telepon. Kini pulsa bisa dipaketkan untuk kuota internet.
Sampai akhirnya para pengguna internet bisa memasang dan memanfaatkan jaringan internet WIFI. Bagi seseorang yang memasang WIFI ada yang dipergunakan untuk pribadi, berkelompok maupun instansi.
Ada kalanya pemilik WIFI membatasi akses internet mereka. Ada banyak pertimbangan. Sekolah, perkantoran dan individu sering membatasi dengan password.
Tapi tunggu dulu, di sekitar kita terkadang ada ketidaksukaan jika WIFI dipassword. Akhirnya berburuk sangka. Sudah begitu oleh oknum tertentu, terkadang password dibocorkan.
Jika sudah seperti itu pihak pemilik WIFI berpikir untuk mematikan atau mencopot WIFI receiver. Kembali lagi nanti ada prasangka buruk. Ah pemilik WIFI pelit, tak mau berbagi. Bukankah kalau berbagi itu berpahala?
Bisa saja pemikiran itu muncul dan tidak bisa dihalangi. Maklum orang memiliki pemikiran sendiri-sendiri. Namun ada hal yang perlu dipahami bagi orang-orang di sekitar instansi, perorangan yang memiliki WIFI tetapi dibatasi aksesnya.
Pertama, jangan berpikir bahwa pemilik WIFI itu pelit. Kenapa? Jangan-jangan malah diri sendirilah yang pelit. Karena untuk kepentingan berinternet kok hanya mengandalkan WIFI gratisan. Kan lucu. Hari gini, memang yang namanya internet menjadi kebutuhan pokok. Harusnya dipenuhi sendiri. Bukan nebeng terus dengan WIFI orang atau instansi.
Memiliki HP dan mau berinternet harusnya punya modal untuk beli kuota. Sering pamer ini itu di dunia maya tetapi ternyata hanya mengandalkan WIFI tetangga atau instansi, buat apa? Lebih baik tidak usah pamer-pamer.Â
Kedua, perlu diingat bahwa di lingkungan sekitar yang sering berinternet ria bukan hanya orang dewasa. Anak-anak usia SD pun ke mana-mana sudah sering bawa HP. Anak seusia mereka belum bisa berpikir yang pantas dan tidak pantas untuk dirinya.