Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Ketika Mulut dan Tangan Menjadi Harimau

5 Februari 2020   12:31 Diperbarui: 5 Februari 2020   12:43 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: ungarannews.com

Dulu ada pepatah yang menyatakan bahwa mulutmu harimaumu. Apa saja yang terucap dari mulut seseorang jika tidak hati-hati maka bisa menyakiti hati orang lain. Karenanya benar kata pepatah bahwa diam itu emas. Karena dengan sikap diam, tidak banyak bicara maka akan menyelamatkan diri sendiri dan orang lain.

Kini, pepatah itu masih sesuai dengan kondisi saat ini. Hanya saja ada hal yang bisa menjadi perusak hubungan dengan orang lain. Tak hanya mulut yng menjadi harimau bagi orang lain, namun tangan pun bisa menjadi biang keributan.

Kita pasti mengamati hal yang terjadi beberapa tahun terakhir. Di sosial media begitu ramai para netizen yang menuliskan pendapat, entah yang rasional, irrasional, kalem, marah, nyinyir dan sebagainya.

Akibatnya sesama netizen akhirnya berseteru. Padahal mereka tidak mengenal baik satu sama lain. Namun begitu, keterampilan tangan ---yang menggambarkan isi kepala dan hati--- begitu tinggi. 

Di sekitar kita pun ada sahabat, tetangga yang memanfaatkan sosial media dalam kesehariannya. Ragam status dibuat, entah sebagai ajang pamer, saling memotivasi, sekadar mengabadikan kegiatan rutin, refreshing dan sebagainya. Semua menjadi sebuah kewajaran.

Akan menjadi tidak wajar jika akhirnya sesama teman, tetangga akhirnya merasa disaingi akibat status seseorang. Bisa saja seseorang membuat status tentang kegiatan outbond kantor, tetapi dinilai negatif sahabat-sahabatnya. 

Memasang foto makanan di sosial mediapun bisa membuat rame sebuah hubungan. Kenapa aku tidak diajak makan, kenapa dia makan enak terus dan sebagainya.

Perlu kehati-hatian dalam menyikapi status yang dituliskan orang lain. Ada baiknya mengomunikasikan dengan baik. Jangan sampai perang dingin. Siapa tahu status itu bukan ditujukan untuk kita, tetapi untuk orang lain atau bahkan untuk diri si penulis. Tak perlu baper tingkat tinggi atas status seseorang di sosial media.

Akan tetapi, di sisi lain, si penulis status harus bisa menempatkan diri dan tetap menjunjung tinggi empati kepada orang lain. Harus bisa menempatkan diri jika dirinya membaca hal serupa seperti yang dituliskannya.

Sangat memprihatinkan apabila ada seseorang yang membuat status di atas kesusahan orang lain. Beberapa berita viral pernah menunjukkan perilaku netizen yang selfie di lokasi bencana alam, sementara korban belum ditangani. Atau selfie di depan jenazah sambil tersenyum bahagia.

Selfie memang sudah begitu dekat dengan kita. Rasanya hampir semua orang melakukannya. Sudah pasti itu membuat orang yang berselfie merasa puas. Itu sangat wajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun