Menjadi orangtua atau pendidik di lingkungan sekolah membuat saya merasa begitu dekat dengan dunia anak. Apalagi yang saya ajar adalah anak SD. Pastinya ketika masa sekolah dan kuliah saya tak pernah membayangkan akan mengajar anak usia SD. Maklum saya mengambil jurusan yang peruntukannya untuk mengajar di SMP atau SMA.
Singkat cerita, meski saya memiliki basic mengajar yang tak linier atau sesuai nyatanya saya semakin mencintai dunia saya. Dunia pendidikan dan anak. Karenanya saya sering menulis tentang keseharian saya dalam beraktivitas di sekolah. Juga keseharian di rumah.
Selain itu saya menulis beberapa cerita anak. Menulis cerita anak merupakan salah satu tantangan besar untuk saya pribadi. Menulis cerita anak berarti penulis harus menempatkan diri sebagai pribadi anak juga. Sehingga cerita yang tertuang benar-benar bahasa anak yaitu bahasa dengan kalimat yang benar-benar dipahami anak-anak.
Akibatnya untuk menulis cerita anak gampang-gampang susah. Tak sekadar menuliskan kisah anak tetapi bahasa masih terlalu tinggi dan sulit dipahami anak. Jika seperti itu maka cerita tak disebut sebagai cerita anak.Â
Saya membaca beberapa koreksi dalam sebuah lomba membuat cerita anak. Di sana juru memberikan penilaian bahwa banyak cerita tentang anak tetapi bukan cerita anak. Bahasa yang dipergunakan masih tingkat tinggi. Banyak mempergunakan istilah asing, padahal itu belum dipahami secara utuh oleh anak.Â
Ada juga yang cenderung puitis. Padahal pemahaman anak terhadap puisi belumlah bisa diandalkan. Orang dewasa saja kadang juga kesulitan untuk memahami puisi, apalagi anak.
Lalu bagaimana cara menulis cerita anak yang sering saya tuliskan?
Menentukan tema dan pesan yang ingin disampaikan. Tema ini saya ambil dari kejadian sehari-hari. Misalnya cerita dari saudara yang suaminya memiliki ambisi agar anaknya menjadi tentara.Â
Saya buat ceritanya yang pesan utamanya agar anak tetap patuh pada orangtua, meski harus menuruti ambisinya. Di samping itu, ada pesan terselubung untuk orangtua agar tidak memaksakan kehendak. Akhirnya cerita si anak sakit dan sang ayah sadar akan ambisinya telah menyakiti anaknya.
Ahsan saya gambarkan sebagai anak yang mudah puas akan prestasinya sehingga lalai dalam berlatih. Akhirnya Ahsan kesal dan marah ketika dikalahkan teman sekelasnya.