Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bebaskan Anak Menentukan Cita-cita

3 Januari 2020   22:19 Diperbarui: 3 Januari 2020   22:17 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: dunianopycom

Saya yakin tak ada orangtua yang menginginkan anaknya tidak sukses. Semua orangtua berharap anak-anaknya berhasil dan menjadi kebanggaan orangtua.

Sayangnya dalam hal ini orangtua malah terkadang ada yang mencampuri keputusan anak dalam menentukan cita-cita. Misalnya saja ada orangtua yang menginginkan anaknya menjadi tentara padahal si anak ingin punya bengkel pesawat terbang. 

Usut punya usut ternyata si bapak dulu ingin sekali menjadi tentara tetapi karena nasib tak berpihak padanya, dia tidak berhasil. Nah, ketika dia tak bisa mencapai cita-citanya, malah anak yang digadang-gadang agar kelak menjadi tentara.

Ada banyak kisah yang hampir sama bagi anak dan orangtua lainnya. Menurut saya pribadi, orangtua tak perlu mencekoki tentang cita-cita pribadinya. Kasihan anak jika hanya menjadi korban ambisi orangtua.

Alangkah malangnya anak jika nantinya demi patuh pada orangtua akhirnya bekerja tak sesuai dengan hati nuraninya. Atau bahkan mungkin saking takutnya akan murka orangtua, si anak mati-matian mewujudkan ambisi orangtua. 

Ternyata dalam perjalanannya si anak tak bisa mewujudkan ambisi orangtuanya. Kira-kira bagaimana psikis anak nantinya? Apakah dia tidak stress? Apakah dia khawatir karena mengecewakan orangtua? Apakah itu tidak menimbulkan tekanan batin atau depresi?

Ah...membayangkan saja rasanya sesak dada saya. Saya pribadi, sebagai ibu, membebaskan anak-anak dalam hal cita-cita. Sementara ini si sulung bercita-cita menjadi guru, adiknya ingin menjadi chef. Mereka akan bertanggungjawab untuk mewujudkan cita-citanya. Mereka akan tahu resiko dan proses untuk mewujudkan cita-cita tadi. 

Asal cita-cita itu membawa manfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara, pasti saya mendukung anak-anak. Kesuksesan anak bukan berarti ketika anak mewujudkan ambisi orangtua. Anak sukses jika bisa menaklukkan cita-citanya.

Jadi, sebagai orang tua tinggal memberikan motivasi dan doa restu untuk anak-anak. Dengan motivasi dan doa, insyaAllah anak akan dimudahkan dalam meraih cita-cita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun