Musim kemarau panjang dirasakan oleh seluruh penghuni bumi, termasuk di hutan tropis. Hewan- hewan yang hidup di sana merasakan dampaknya. Lama sekali hujan tak turun, air di sungai tengah hutan mulai berkurang. Dedaunan di hutan pun banyak yang berjatuhan.
Di sebuah sudut hutan tropis, pada sebuah batang pohon yang menua, tampak semut- semut bekerjasama, bergotong royong untuk membawa makanan. Makanan itu disimpan dalam lumbung mereka.
Cuaca panas tak dipedulikannya. Mereka terus bolak- balik mencari dan membawa makanan dari sebuah tumbuhan. Sesekali mereka beristirahat, menyeka peluh, mampir minum di sungai yang berada di dekat istirahatnya.
Setelah beristirahat, mereka melanjutkan perjalanan ke lumbung makanan. Sementara dari arah berlawanan, rombongan semut lainnya menuju sumber makanan. Ketika bertemu, mereka saling menyapa. Senyuman selalu ditebarkan. Tak ada muka masam ketika bertemu satu sama lain.
Kegiatan rutin yang mereka lakukan setiap hari ternyata diperhatikan oleh monyet. Monyet itu menertawakan semut- semut yang kepayahan membawa makanan pada saat musim kemarau seperti ini.
"Hahhaha... apa yang kalian lakukan hai, semut- semut?"
"Kami membawa persediaan makan kami selama musim hujan nanti..." jawab salah satu semut.
"Sudahlah. Kalian tak perlu melakukan itu. Kalian istirahat saja. Bukankah nanti kalau musim hujan persediaan makanan lebih banyak dan melimpah?"
"Iya. Kamu benar, Monyet. Tapi kalau hujan kan menjadi sulit ke mana- mana. Jalan licin, kadang ada petir juga..."
Monyet itu menertawakan semut lagi.
"Hahahha... jadi kalian takut terpeleset dan petir? Ahahhaah... Kasihan...kasihan...kasihan...!"