Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Nomine Best in Fiction Kompasiana Awards 2024 Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Rusaknya Tempat Bermain Anak-anak Hewan

13 Desember 2019   11:53 Diperbarui: 13 Desember 2019   12:01 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pecintaalam35.blogspot.com

Singa, si raja hutan belantara, menyaksikan keadaan wilayah kerajaan yang sudah sangat jauh berbeda. Pepohonan di hutan semakin sempit. Digantikan dengan bangunan- bangunan yang entah dipergunakan untuk apa oleh manusia- manusia yang tamak.

Tak jarang, sebelum didirikan bangunan - bangunan, hutan harus dibakar. Manusia tak mau membersihkan hutan dengan cara penebangan pohon pada pohon yang tua. Manusia ingin mudah dan murahnya dalam membuka lahan.

Singa tentu sangat sedih. Dia sebagai raja hutan pastinya sangat memperhatikan rakyatnya. Dia ingat betul bagaimana tersiksa rakyatnya ketika kobaran api melalap hutan, tempat hidup mereka.

Udara sangat kotor dan panas. Hampir semua hewan mengalami sesak nafas. Bahkan ada beberapa yang mati. Yang menyedihkan, hewan yang mati itu meninggalkan anak- anaknya. Anak- anak hewan sangat sedih ketika mengingat ibu atau ayah mereka.

Anak- anak itu mengadu kepada Singa.

"Apakah kita akan bertahan hidup, raja?" tanya anak Monyet. 

"Tentu saja! Kita berusaha mengusir manusia jahat itu dari tempat kita..."

"Tapi asap kebakaran ini membuatku semakin sulit bernafas, raja. Mungkin sebentar lagi aku mati juga seperti ibuku..." keluh anak rusa.

Singa terhenyak. Anak- anak hewan itu bisa berpikir sampai di situ. Saking asap tebal, matahari tak terlihat dan hujan tak segera menyapa bumi mereka berpijak.

"Tenanglah, anak- anak. Aku akan meminta pada Elang untuk mencari tahu tempat yang bebas asap untuk kalian. Sementara waktu kalian tinggal di sana. Kalau sudah aman, kalian bisa kembali ke kerajaan ini..."

Anak- anak itu tersenyum sumringah. Mereka membayangkan tempat yang sejuk, udaranya bersih, seperti tempat tinggal mereka dahulu. 

"Terimakasih, raja. Terimakasih..." ucap anak kelinci, anak gajah, semut, dan hewan lainnya.

Mereka segera berpamitan kepada raja. Sambil tak hentinya keluar celoteh dan impian mereka.

**

Singa berdiri di batuan tertinggi di kerajaannya. Dia menantikan hewan kepercayaannya, elang.

"Lama sekali Elang itu. Apa dia tak menemukan tempat aman untuk anak- anak itu?" pikir Singa.

Singa memandang miris wilayahnya yang menjadi tak indah dan tak sejuk lagi. Di angkasa masih terlihat gelap. Dia berharap Elang segera datang untuk melaporkan tempat aman bagi rakyatnya.

Tak lama, di tengah pekatnya asap, tampak Elang menuju tempat Raja Singa berdiri. Dia bertengger pada dahan pohon yang menghitam karena jilatan api.

"Bagaimana, Elang? Apakah sudah kau temukan tempatnya?"

"Sudah, raja. Alhamdulillah..."

"Syukurlah kalau begitu. Segera umumkan dan siapkan keperluan untuk mengungsi. Kawal-lah mereka..."

"Tapi raja..."

Singa mengerutkan dahinya. Elang segera menyampaikan hal penting tentang tempat ungsian anak- anak hewan itu.

"Tempatnya cukup jauh. Melewati pemukiman manusia. Saya khawatir kalau manusia akan menyerang kita..."

Singa berpikir keras. Dia ingin rakyatnya sehat. Namun untuk ke tempat yang sehat, medannya berbahaya bagi mereka.

"Kalau begitu, lakukan nanti malam. Pastikan mereka beristirahat yang cukup. Bekalnya juga..."

**

Malam harinya mereka bersiap untuk ke hutan yang lebih aman meski harus melintasi pemukiman manusia.

"Kita berdoa, semoga keberangkatan kita ke hutan itu aman, tak ada manusia yang tahu..." Singa melepas rakyatnya untuk ke hutan seberang.

"Aamiin..." sahut rakyatnya yang masih anak- anak itu. 

"Begitu juga ketika kalian akan kembali lagi ke sini. Kalian harus patuh pada petunjuk Elang..."

"Iya, raja. Kami paham..."

**

Sementara rakyatnya mengungsi, Singa bersama sesepuh kerajaan lainnya berjaga di wilayah kerajaan mereka. Mereka akan mengusir manusia yang akan mengusik lagi kerajaan mereka.

Mereka tak lelah mengawasi hutan secara bergantian. Untunglah, hujan akhirnya turun. Suasana panas menjadi lebih sejuk. Asap sedikit demi sedikit berkurang.

Ada rasa syukur dari mereka. Namun mereka terpaku. Tempat bermain anak- anak hewan rusak parah. Mereka memperbaiki lagi tempat itu demi kebahagiaan anak- anak hewan sekembalinya dari hutan seberang. Meski keindahannya tak mungkin segera kembali didapatkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun