Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru dan Fenomena Pendidikan di Indonesia

24 November 2019   14:29 Diperbarui: 26 November 2019   07:38 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: tribunnews.com

Esok hari, para pendidik di seluruh tanah air memperingati Hari Guru Nasional. Upacara Hari Guru pun dilaksanakan seperti tahun- tahun sebelumnya. Mengenai isi pidato Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, tak perlu saya uraikan. Toh sejak pidato diunggah pada web kemendikbud, telah viral di jagat maya.

Guru, seolah menjadi salah satu profesi yang mudah. Akan tetapi jika benar- benar terjun di dunia pendidikan dan berhadapan langsung dengan peserta pendidik, akan terasa beban berat yang disandang para guru. 

Bagaimana tidak, mereka mengetahui karakter setiap peserta didik dan berusaha memperbaiki karakter yang berbeda, agar kelak karakternya kuat ketika memimpin negeri.

Karakter yang terbentuk di lingkungan keluarga, harus diperbaiki jika ternyata belum menunjukkan karakter positif. Guru sebagai orangtua, memperbaiki, melengkapi dan menyempurnakan karakter tersebut. Tantangannya sangat berat. 

Sebagaimana beberapa berita viral yang telah beredar, guru berhadapan dengan siswa yang terkadang urakan, orangtua yang membela kesalahan anak hingga melaporkan atau menganiaya guru. Padahal guru tak hanya mengajar namun juga mendidik. Ketika diarahkan oleh guru maka orangtua harus bisa bekerja sama demi kesuksesan anak. 

Ketika siswa atau orang tua melaporkan perihal didikan guru, maka guru akan patah arang duluan. Hingga akhirnya muncul usulan agar anak diajar orangtua, dibuatkan rapor dan ijazah sendiri. Usulan yang emosional sebenarnya. 

Akan tetapi cukup wajar juga karena guru seolah tak memiliki payung hukum untuk mendidik siswa. Meski tindakan guru dalam mendidik siswa tak bisa dipidanakan, toh pada beberapa kasus memang menunjukkan guru dimejahijaukan.

Kurangnya pemahaman akan tupoksi guru bagi orangtua sangat disayangkan. Komunikasi yang seharusnya diutamakan dalam lingkungan sekolah, ternyata tak berjalan lancar. Demokrasi di lingkungan sekolah seolah mati.

Guru dan sekolah sering menjadi pihak yang disalahkan. Guru memberikan PR dan menyarankan untuk mencari informasi sendiri melalui internet maka disalahkan. Sekolah melaksanakan Full Day School yang disalahkan adalah gurunya. Padahal sekolah hanya melaksanakan kebijakan pemerintah. 

Itu dari sisi kebijakan dalam pembelajaran. Belum lagi dalam hal kesejahteraan. Kasus guru non PNS atau honorer juga mengalami kesulitan untuk memperbaiki nasib. Baik untuk mengikuti pendaftaran CPNS, PPG. Dari berita, ada wacana bahwa guru yang bisa mengikuti PPG harus memiliki IPK minimal 3,00. 

Di bawah pimpinan Mendikbud baru, tentu para guru berharap untuk lebih diperhatikan. Bagaimanapun guru adalah pahlawan yang akan mengantarkan ke arah kemajuan negara dan bangsa. 

Tetap semangat, guru Indonesia! Selamat Hari Guru, pahlawan pendidikan, jasamu tiada tara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun