Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ibu- Bapak, Tolong Sediakan Buku Penunjang Pendidikan Ananda

19 November 2019   00:11 Diperbarui: 19 November 2019   00:13 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seberapa besar orangtua dan anak menyenangi buku? ilustrasi: aceh.tribunnews.com

Apalagi kalau pengelolaan BOS sudah menggunakan aplikasi, judul buku tak bisa sembarangan dipilih. Jadi pemenuhan buku penunjang tak bisa mencukupi kebutuhan seluruh siswa dari kelas 1-6, 7-9, 10-12. Hanya sampel saja. Jangan dinilai pandangan ini sangat kejam bagi orangtua siswa. Kenapa?

Untuk orangtua yang berada di atas garis kemiskinan, pasti mampu membelikannya. Oke, pasti semua setuju. Lalu bagaimana dengan orangtua yang berada di bawah garis kemiskinan? Apa iya harus beli juga? Lah wong buat hidup sehari- hari saja sudah susah.

Baiklah, saya terpaksa mengingatkan saja. Pemerintah memiliki banyak program untuk para siswa dan keluarga pra sejahtera. Saya sebutkan saja, ada PKH. Pasti para pembaca hafal siapa penerima PKH dan jenisnya apa saja. 

Penerima PKH secara otomatis jika memiliki anak yang masih berusia sekolah maka akan mendapatkan dana PKH, PIP. Sudah pasti setiap KK akan menerima dana yang lumayan setiap kali cair.

Nah, ketika dana- dana bantuan itu cair ke mana larinya? Untuk kebutuhan siswakah ---terutama PIP--- atau malah untuk keperluan lainnya? Kalau saya amati, tak semua orangtua bijak dalam menerima dana PIP. Memang ada yang dibelanjakan alat tulis, seragam sepatu dan sebagainya. Namun jarang yang berpikir untuk membeli buku.

Lalu jika seperti itu, apakah elok jika menilai bahwa pendidikan zaman sekarang hanya mengandalkan internet, internet dan internet? Guru terpaksa memberikan opsi seperti itu karena hafal betul bahwa orangtua lebih senang membeli paket internet daripada buku untuk putra- putrinya ---meski tak semua orangtua---. 

Jika  memang ingin anak tak tergantung dengan internet, caranya cukup mudah. Sediakan buku penunjang di rumah yang dananya diambil khusus dari bantuan pemerintah. 

Saran untuk para pendidik atau pemerhati pendidikan juga, jika memiliki blog atau web, ketika memposting sebuah tulisan maka jangan diarahkan langsung pada jawaban buku siswa dari halaman sekian sampai sekian. Jika ingin membantu siswa, posting saja bahan ajar atau ringkasan dan yang sejenis. Tujuannya agar siswa mau membaca materi pelajaran, tak sekadar menyalin jawaban dari internet. Berilah motivasi para siswa untuk mau membaca teks. 

Semoga tulisan ini bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun