Masih banyak lagi komentar lain yang berisi kenangan mereka ketika bermain, bersendagurau, mandi di belik.
"Nggon pengangson piye kuwi, mbak...?"
Ya. Kabar tak baik itu harus mereka ketahui. Dusun tercinta kami sudah tak seperti dulu. Yang dulu air melimpah, menjadi kering.
Tak heran ketika mulai memasuki bulan November, kami menyambut bahagia saat dini hari ---sekitar pukul 02.00--- gerimis menyapa telinga kami yang sudah terlelap.Â
Warga yang terbiasa bangun di sepertiga malam akhirnya keluar rumah demi meyakinkan kalau gerimis memang turun. Bau ampo, tanah yang tersiram air hujan, menusuk hidung kami. Khas sekali harumnya.
Harapan kami, musim hujan segera menggantikan kemarau panjang. Berharap mendung hitam yang menggantung di atas tanah kelahiran kami benar sebuah tanda musim hujan tiba. Air yang diturunkan dari langit olehNya adalah hujan yang bermanfaat, bukan yang membawa bencana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H