Hari ini merupakan Hari Batik Nasional. Pada instansi pemerintah diberikan edaran bahwa hari ini seluruh pegawai mengenakan pakaian batik, termasuk para siswa.Â
Batik sebagai warisan budaya diakui sebagai warisan yang harus dilestarikan. Hampir di setiap daerah memiliki batik khas, baik berupa batik tulis maupun batik cap.
Di daerah saya, sejak 2013- an setiap hari Kamis, para pegawai di berbagai instansi kerja wilayah Gunungkidul mengenakan seragam bercorak batik. Batik itu sangat khas dan menjadi ikon dan kebanggaan Gunungkidul. Namanya Batik Walang.
Tahun 2013, pemerintah daerah Gunungkidul sedang gencar-gencarnya mengenalkan Batik Walang ini. Ya... saya ingat awal pemakaian seragam ini ketika saya akan PLPG di Kaliurang.
Peserta dari Gunungkidul kompak mengenakan seragam motif Batik Walang ini. Terus terang ketika pertama kali melihat motifnya terasa aneh. Biasanya motif batik lain bila dijahit bisa simetris.Â
Tapi Batik Walang tidak simetris sama sekali. Tak beraturan. Warna pun coklat. Padahal saya kurang suka warna ini. Maklum saya termasuk orang berkulit gelap, kalau saya mengenakan pakaian warna gelap pasti akan semakin gelap.
Akan tetapi beberapa tahun terakhir, seragam batik ini diubah warnanya. Lebih meriah, warna dasar merah bata dan motifnya berwarna kuning. Ngejreng. Pegawai yang tak nyaman dengan warna ini banyak yang mengenakan seragam Batik Walang dengan warna lain. Untuk saat ini sudah banyak pilihan warnanya.
Saya dulu pernah ditanya teman PLPG, "makna filosofi batiknya apa, mbak?"
Terus terang waktu itu saya tak begitu tahu. Ya belum banyak informasi tentang itu. Sebelum Batik Walang ditetapkan sebagai batiknya Gunungkidul, pemerintah daerah mengadakan kompetisi motif batik. Dari sekian batik yang dikompetisikan, Batik Walang-lah yang terpilih.
Nah... Batik Walang bergambar walang atau belalang, daun jati emas dan pola batik tersusun dalam formasi motif lung-lungan hijau. Maknanya adalah harapan agar Gunungkidul subur dan ijo royo-royo. Mengingat daerah Gunungkidul dikenal sebagai daerah yang sering kekeringan.
Saya yakin di daerah para pembaca juga memiliki nilai filosofi pada batik khasnya. Nanti boleh meninggalkan kisahnya di kolom komentar, agar pengetahuan tentang batik bisa semakin luas.Â