Berkomunikasi dengan orang lain ada kalanya berjalan lancar, artinya orang- orang yang terlibat dalam komunikasi dan bersosial saling menghormati, menghargai. Namun tak jarang yang ditemui dan dirasakan tak sesuai dengan harapan.
Ada seorang sahabat saya sering bertanya, "aku sering berbuat baik dan membantu orang tapi aku diperlakukan buruk..?" Terkadang ada pertanyaan lain, "Mengapa orang tak menyukaiku?"
Dalam hidup bersosial, kita tak bisa memaksa seseorang untuk menyukai seluruh aktivitas, kepribadian kita yang sudah terbentuk. Namun kita bisa meminimalisir, agar orang bisa menerima kita apa adanya. Tanpa ada tujuan tertentu ketika berkomunikasi dengan kita.
Agar bisa diterima oleh orang lain maka kita berusaha untuk merangkul orang lain tanpa melihat status sosial, pendidikan dan sebagainya. Status sosial, pendidikan tak serta merta membuat harga diri kita ikut baik pula.
Ketika kita tak disukai orang lain maka ada baiknya kita introspeksi diri, "sudah baikkah kita dengan orang lain?" Ketika kita sudah menemukan jawaban pertanyaan tersebut dan ternyata kita sudah berbuat baik pada orang lain, lalu munculkan pertanyaan lainnya. "Apakah kita pilih- pilih dalam bersahabat? Adakah gap ketika kita berkomunikasi dengan orang lain?"
Dari pengamatan saya atas keluhan sahabat saya, dia memang sering membantu teman kerjanya dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan. Tak peduli meski banyak waktu yang tersita sampai keluarga sedikit tersisihkan.
Pernah dia berjanji kepada saudaranya untuk membantu berbelanja untuk keperluan hari raya, namun pada waktu yang sudah ditentukan dia malah memilih bercengkerama bersama sahabat- sahabatnya.
Bersahabat boleh saja, namun keluarga jangan sampai disia- siakan. Karena keluargalah yang pertama kali direpotkan jika ada hajat, sakit atau halangan lainnya. Bukan sahabatnya yang akan direpotkan.
Memilih teman memang lumrah tapi juga jangan sampai salah juga. Tak semua yang kita anggap baik, akan baik juga. Tak semua yang dibenci akan buruk selamanya. Ada plus minusnya. Itulah yang harus kita sadari.
Memilih teman dekat atau akrab memang akan bisa membuat hati bahagia dan ringan ketika menghadapi permasalahan. Akan tetapi kita perlu juga melihat latar belakang teman. Jika ada yang memiliki tabiat buruk, suka mengganggu rumah suami atau istri orang lain misalnya, maka kita bisa berteman tetapi tak perlu sampai dekat.Â
Kita lihat saja, betapa banyak remaja yang salah pergaulan, akhirnya ikut buruk perilakunya. Memang kita sudah lebih dewasa tetapi bagaimanapun baik buruk sahabat akan berpengaruh terhadap pola pikir kita.