"Mas... Sorry. Aku salah ya ngetiknya tadi. Maaf banget. Habis belum terbiasa... heeee"
Emoticon yang dikirimkan itu membuatku ingat akan lesung pipinya. Aku tersenyum membacanya. Membiasakan sesuatu itu memang sulit. Tapi kukira dia sudah mulai terbiasa mengetik kata mas. Entahlah. Atau mungkin biasanya dia harus mengedit pesannya sebelum dikirimkan, biar tak keliru. Terus kali ini dia baru khilaf. Hahaaa.
Yang jelas, selama kuliah dia tak pernah memanggilku mas. Langsung namanya saja alias njangkar kalau orang Jawa bilang. Seperti yang dilakukannya ketika memanggil Nita, Andro dan teman seangkatan lainnya.
Ku balas WAnya. Ku sorot chat pertamanya.
"Sama. Aku juga di sana..."
Ku sorot juga chat-nya yang kedua,
"Belum terbiasa??..."
Rasanya ingin kucubit pipi Sherly kalau dia di hadapanku. Mana mungkin dia belum terbiasa memanggilku "mas". Padahal kalau WA saja sudah sering dilakukannya.Â
Belum ada balasan dari Sherly. Mungkin dia sibuk koordinasi dengan temannya. Dari ceritanya dulu memang dia bersama temannya mau berangkat bareng. Mereka akan patungan mencarter mobil. Soalnya harus membawa banyak barang, printer, pakaian ganti, buku dan sebagainya.
***
Pagi hari aku terbangun. Ku ambil air wudhu kemudian shalat. Segera saja ku raih HP di atas meja kerja. Sambil menuju dapur untuk merebus air dan membuat kopi, aku membuka pesan- pesan yang masuk.