Sherly tak mau menerima beberapa melati yang kuambil dari pengantin Andro dan Nita. Dia menertawakan kekonyolanku. Bagaimana mungkin aku yang harusnya berpikir logis kok malah berbuat aneh- aneh.Â
"Mas percaya mitos seperti itu?"
Sherly bertanya padaku. Tak henti- hentinya dia menggelengkan kepalanya. Dia benar- benar merasa berhadapan dengan orang yang lucu.Â
Ah...biarlah. Aku toh cuma iseng saja kok pas mengambil kembang melati dari Andro dan Nita. Cepat atau tidaknya jodoh datang itu bukan karena kembang. Kekuatan dan kuasaNya yang bisa menentukan kapan jodoh manusia itu datang.
"Aku cuma iseng kok, Sher..."
Aku mengelak atas pertanyaan Sherly.Â
"Ah...yang bener, mas? Aku kok ragu..."
Sherly menggodaku kali ini. Dia tertawa kecil. Senang sekali dia bisa melihatku serba salah. Untunglah makanan pesanan sudah diantar ke meja kami. Jadi aku bisa mengalihkan pembicaraan.
"Ayo makan dulu, Sher. Perutku laper lagi..."
Sherly menggelengkan kepala. Padahal kulihat tadi di pesta pernikahan Nita dan Andro, dia cuma makan sedikit. Ah kurasa dia jaim saja.