Sampai saat ini ---memasuki hari tasyrik ketiga masih banyak dibahas tentang pengganti plastik pada saat hari raya kurban. Di WAG alumni SMA saya pun begitu. Bahkan sahabat yang beragama non muslim juga turut menyumbangkan ide untuk pengurangan limbah plastik pada hari raya kurban tahun depan.
Ada sahabat yang berpendapat bahwa penggunaan besek plus daun sebagai alas wadah daging kurban hanya cocok di masjid yang tak terlalu besar dan tak banyak hewan kurbannya. Mengingat kerepotan panitia kurban dalam menyiapkan besek. Sudah pasti penempatan besek kosong juga memakan banyak tempat. Padahal peletakan besek harus benar- benar di tempat bersih.
Meski begitu saya jadi ingat Masjid Jogokariyan, masjid percontohan dalam segala aktivitas dakwahnya, juga memanfaatkan besek sebagai wadah daging kurban pada tahun ini. Dari akun instagram Masjid Jogokariyan kita bisa melihat bahwa jumlah hewan kurban dan besar tidaknya masjid, bukanlah tolok ukur berhasil tidaknya penggunaan plastik sebagai wadah daging kurban.
Tahun ini di Masjid Jogokariyan jumlah hewan kurban ada 40 ekor sapi dan 53 kambing. Cukup banyak. Akan tetapi untuk proses pemotongan daging atau tulang memang masjid ini telah mempergunakan alat pemotong modern.
Sebelum adanya arahan penggunaan wadah non plastik mengarah ke daun atau besek pada beberapa jenis makanan juga telah menggunakan wadah berupa besek.Â
Sebagaimana kita ketahui, besek digunakan sebagai wadah beberapa jenis makanan. Kalau di seputaran Jogja, besek bisa digunakan untuk wadah geplak, thiwul instan, gudheg, ikan pindang atau cuwik dan sebagainya.Â
Tentunya sebelum digunakan untuk wadah makanan tadi, pasti ada daun pisang sebagai alas dalam meletakkan makanan. Jadi tak langsung diletakkan pada besek.
Setelah kita mengingat kembali penggunaan besek sebagai wadah makanan yang tidak begitu asing bagi kita, kita pertanyakan kembali layakkah daging kurban diwadahi besek? Kebanyakan makanan tadi dialasi daun pada bagian dalam, kecuali ikan pindang atau ikan cuwik.
Kembali ke diskusi dalam WAG, di tengah diskusi, sahabat saya yang merupakan dokter hewan menyampaikan hasil diskusinya ---pada 11 Agustus 2019--- dengan Prof Setyawan Budiharta.Â
Hasil diskusi mereka saya kutip secara utuh dari chat yang masuk ke WAG. Tentang penggunaan besek bambu sebagai wadah atau tempat menaruh daging kurban yang akan dibagikan.