Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Raya Kurban, Tak Berarti Ngamuk Masak Daging

11 Agustus 2019   15:49 Diperbarui: 11 Agustus 2019   15:53 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Momong anak di depan rumah tetangga, tiba- tiba ada yang menyapa, " ora masak daging kok malah lungguhan neng kono...(nggak masak daging kok malah cuma duduk- duduk di situ...". Padahal saya baru momong anak. Kebetulan anaknya tak terlihat oleh penyapa tadi. Tak apalah.

Hari Idul Adha, hari raya kurban, bukan berarti saya harus memasak daging dalam jumlah yang banyak. Sudah mumet mambu dagingnya. Apalagi suami yang menjadi panitia juga.

Sampai sore ini saya baru membuat sate. Itupun dimasak bareng- bareng di rumah orangtua. Kebetulan hari kurban ini semua anak dan cucu ibu berkumpul. Jadi, jatah 3 kantong daging kambing dijadikan satu. Disate bersama. Sesekali, mumpung empat bersaudara berkumpul.

Saya bertugas memotong daging dan menusukkan potongan daging pada tusuk sate. Saudara kembar saya membuat bumbu ---bawang putih, ketumbar dan garam diuleg terus dituangi kecap, air dan minyak goreng secukupnya--- dan membakarnya. Karena tak ada persiapan ---tepatnya lupa--- membeli arang, akhirnya menggunakan alat yang lebih modern. Alatnya cukup diletakkan di atas tungku kompor gas. 

Sementara sambal dibuat mbak sulung saya. Biasanya cabe hanya diiris tipis- tipis, biar lebih mantap pedasnya, si cabe diuleg. Dituangi kecap dan diberi irisan bawang merah. 

Alhasil, dengan membuat sate bareng, cepat selesai pula matangnya. Dan lebih cepat pula habisnya. Anak- anak terlebih dahulu yang menikmati. Baru orangtuanya yang menyusul menikmati sate ala rumahan. 

Untuk daging sapi belum tersentuh sama sekali. Ya biar perut tak kaget menikmati menu daging yang agak berlebih. Selain itu juga biar tak bosan makan dengan lauk serba daging. Asal disimpan dalam kulkas sesuai aturan, insyaAllah bisa diolah menjadi menu lainnya di lain hari.  

Selain itu, bisa juga mematahkan anggapan bahwa Idul Adha adalah kesempatan pesta daging. Idul adha bukan pesta, tapi bentuk ketaatan pada Allah dan memupuk jiwa sosial kepada sesama, entah sesama muslim maupun non muslim.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun