Ketika aku kecil, terus terang aku sangat takut dengan huruf hijaiyah. Tak seperti anak-anak zaman sekarang, usia TK pun sudah dilatih membaca buku Iqra.
Sampai kelas II aku belum bisa membaca Iqra. Bagiku huruf- huruf hijaiyah begitu aneh dan membuatku takut. Apalagi kalau bukan karena aku kesulitan menghafal huruf-huruf itu.Â
Dibandingkan dengan saudara kembarku, aku kalah jauh. Aku ingat, saudara kembarku membaca iqra duluan dibanding aku. Dia mau belajar sama ibu, aku malah main di halaman sekolah yang kebetulan berdekatan dengan rumah orangtuaku.
Sengaja aku main di halaman sekolah. Niatnya mau menghindari huruf- huruf unik yang menakutkan itu. Kulihat bentuknya macam-macam. Rasanya sulit untuk membedakan. Namun belum lama aku main rumah-rumahan di halaman sekolah yang berpasir, saudara kembarku menyusul ke halaman sekolah.
"Mbak Jora, pulang dulu. Disuruh sama ibu..."
Saudara kembarku menyuruhku pulang. Dengan langkah gontai aku pulang.
"Cuma mudah kok, mbak" terang kembaranku.
*
Di rumah. Ibu masih berada di ruang tengah. Di depan meja ---di hadapannya--- terdapat buku kecil untuk belajar mengaji. Iqra namanya. Dengan berdebar aku mendekati ibu. Kubuka perlahan iqra itu dan mencoba mengenal huruf satu persatu.
Apa komentar ibu?
"Kok lancar Zahro bacanya..."Â