Aku asyik bersama teman-teman kuliahku. Cewek pastinya. Ya sambil menunggu waktu perkuliahan aku bercanda bersama mereka di taman kampus. Letaknya hanya di depan kelas perkuliahan.Â
Meski berceloteh atau mengerjakan tugas bareng-bareng teman, namun hatiku terasa kosong. Aku menyukai seorang cowok ---Mas Syafri--- yang secara umum tak masuk hitungan bagi cewek gaul dan kekinian.Â
Mas Syafri adalah kakak tingkat yang diam-diam kukagumi. Bukan karena wajahnya yang mirip artis yang kerap menghiasi layar televisi. Bukan. Itu cuma nilai tambah saja.Â
Yang kukagumi darinya adalah kemampuannya dalam bertilawah dan beribadahnya. Aku tahu bagi temanku kemampuan ini tidaklah menjadi kriteria. Bagi temanku hal yang paling disenangi itu cowok yang ganteng, gaul, penampilan kekinian.Â
Sering temanku yang mengetahui rasa kagumku ke Mas Syafri mengolok-olokku. Apalagi boleh dibilang aku termasuk bunga kampus. Meski aku tak suka dan risih dengan pandangan mereka yang menganggapku sebagai bunga kampus.Â
Terbilang banyak juga cowok yang ingin dekat denganku. Tapi dengan halus kutak menerima.Â
"Kenapa kamu tolak Indra sih, Hid? Dia tuh keren, tahu nggak! Cewek-cewek aja berlomba pingin jadi pacarnya. Kamu malah nolak...," protes Ntis, teman dekatku.Â
"Kalau kamu suka, kamu aja yang sama Indra..." jawabku.Â
***
Terinspirasi dari kemampuan Mas Syafri dan rasa kagum padanya akhirnya aku masuk Unit Kegiatan Mahasiswa bagian Keagamaan. Ya meski itu dinilai tak Lillahi ta'ala. Namun bukankah lebih baik masuk lingkungan agamis?Â
Toh nanti lama kelamaan aku akan terbiasa dan ikhlas menyambut hidayah. Manusia kan selalu butuh proses untuk menjadi lebih baik. Pasti ada banyak cobaan untuk menuju ke proses itu. Dan mungkin saat inilah cobaan itu datang dan mengujiku.Â