Terpaksa kali ini aku hanya berdiam diri di UKS sekolah tempatku praktek mengajar. Kepalaku terasa berat. Perut mual. Keringat dingin membanjiri tubuhku.Â
Untung saja di UKS memiliki stok obat penurun panas, paracetamol. Setelah aku mengisi perut dengan roti yang dijual di kantin sekolah, aku segera meminum obat itu. Harapanku suhu tubuh segera normal dan bisa bergabung dengan teman-teman yang saat ini sedang unjuk muka di kantor guru.Â
Mataku benar-benar panas. Kucoba pejamkan mata tapi tak bisa. Sungguh tak enak sendirian dalam kondisi sakit seperti ini.Â
Petugas UKS menyambangiku. Beliau sangat ramah. Aku menanyakan apakah di UKS tersedia balsem atau minyak kayu putih. Alhamdulillah ternyata ada. Aku meminta minyak itu. Segera ku cek uang logam di dompetku. Ya... di saat masuk angin parah seperti ini jalan satu-satunya aku kerikan.Â
"Saya bantu keroki ya, mbak. Kasihan mbak Ira sampai pucat pasi gitu..", ucap petugas UKS itu.Â
Setelah dikeroki alhamdulillah tubuhku terasa lebih enak. Akhirnya ku bisa tidur.Â
***
Pukul 10.13
Aku terbangun. Kulihat di UKS sudah ada Hida, Fira yang menungguiku. Sedangkan teman lainnya sedang praktek mengajar dan tugas di meja piket.Â
Aku bangun dan duduk di dipan UKS. Meski masih agak nggliyeng tapi sudah mendingan.Â
"Gimana praktek mengajarnya, Fir, Da..?"