Membaca berita berbau politik rasanya bikin agak gelisah. Apalagi kalau sudah menyangkut Pilpres. Wawww. Selalu saja bertebaran berita yang kontras dari pendukung pihak 01 maupun 02.Â
Tak jarang kita menilai jiwa kepemimpinan mereka melalui pernyataan yang keluar dari mulut mereka. Keduanya punya kelebihan dan kelemahan, tak perlu dianggap nabi, tak perlu disamakan dengan tokoh lain, tak perlu semua itu. Kita harus objektif melihat kedua pasangan capres-cawapres.Â
Saya di sini tak akan membahas tentang capres-cawapres. Saya akan membahas tentang jiwa kepemimpinan atau leadership yang terlihat mudah tetapi sulit dilakukan.Â
Saya narasikan jiwa kepemimpinan di dunia yang saya hadapi saja meski sebenarnya ini bisa juga masuk ke bidang lainnya. Di dunia pendidikan Kepala Sekolah adalah leader. Dia haruslah memiliki jiwa kepemimpinan yang baik mengingat tugas Kepala Sekolah sangat berat. Dia harus mengayomi anak buah, orangtua-wali siswa dan siswa sekaligus berkomunikasi baik dengan masyarakat.
Tak jarang Kepala Sekolah mendapat kritikan dari guru-guru di instansinya, pengawas, lingkungan masyarakat dan sebagainya. Hati dan perasaan harus sabar menghadapi kritik, tidak baperan, tidak membenci pengkritiknya. Istilahnya kepala sekolah harus memiliki hati seluas samudera. Yang jelas menjadi Kepala Sekolah itu berat, makanya saya lebih memilih menjadi guru.Â
Seorang pemimpin idealnya memiliki kepekaan sosial, bijaksana, berani dan berpegang pada kebenaran, mampu menghadapi dan mengatasi masalah, membuat keputusan dan mempengaruhi orang lain.Â
Memiliki kepekaan sosial dan emosi
Pemimpin haruslah pintar. Pintar bukan berarti  memiliki skor IQ yang sangat tinggi, tetapi juga EQ dan SQ. Dia mengetahui apa yang sedang dilakukan dan bagaimana untuk membuat keputusan dengan tepat. Ketika akan membuat keputusan maka biasakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data.Â
Keputusan yang diambil pun harus dirembug bersama dan dikomunikasikan kepada pihak yang berhak mengetahuinya. Selain itu pemimpin juga perlu cerdas secara sosial artinya dia bijaksana dalam perkataan dan mampu melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain.Â
Pemimpin apapun, entah kenegaraan, instansi sekolah, organisasi dan sebagainya hendaknya belajar untuk mengontrol pengekspresian emosi diri sendiri. Pemimpin perlu ingat bahwa seluruh program yang direncanakan bisa berhasil dan sukses karena bantuan anak buah, sekecil apapun.Â
Selain itu karakter adil harus terus dikembangkan, Â misalnya memperlakukan orang lain, dapat meregulasi emosi dan tujuan, berhati-hati dan bijaksana dalam melihat dari sudut pandang orang lain, serta berani dalam melakukan sesuatu yang benar atau mengambil resiko.