Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tak Sekadar Membaca, Tapi Berpikir Kritis Lalu Menuliskannya

27 Januari 2019   12:27 Diperbarui: 27 Januari 2019   13:20 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pict: arsitekmenulis.com

Ada sebuah kalimat menarik dari Albert Einstein yang menyatakan  bahwa orang yang terlalu banyak membaca dan terlalu sedikit memakai otak akan jatuh kepada kebiasaan malas berpikir. (Any man who reads too much and uses his own brain too little falls into lazy habits of thinking).

Membaca sebuah buku pastinya tak sekadar membaca yang dilakukan anak kelas 1 SD. Membaca harus cermat, detail dan memahami isi bacaan. Tak heran kebiasaan membaca secara mendalam dipelajari di kelas IV SD Kurikulum 2013.

Ya... pada kurikulum 2013 para siswa kelas IV sudah belajar menentukan kalimat pokok dan pendukung, ide atau gagasan pokok, dan berlatih menemukan kata sulit serta informasi dalam sebuah teks bacaan. Jenuh? Pasti. Para siswa memang merasakan kejenuhan. 

Akan tetapi materi pelajaran ini kelak akan sangat bermanfaat. Dari semua hal yang dipelajari tadi akhirnya siswa bisa paham,  "oh... ini isi atau cerita dalam teks...". Kemudian kalau mereka sudah tahu isinya maka akan tahu informasi yang didapatkannya dari sebuah teks atau buku yang dibaca. 

Membaca secara kritis seperti yang dipelajari anak SD kelas IV ini nantinya akan mempermudah siswa untuk menceritakan ulang isinya baik secara tertulis maupun lisan. Kegiatan membaca memang harus sedikit dipaksa agar terbiasa. Tentunya otak juga harus menganalisis sesuai dengan hal yang ditemui siswa di sekitarnya dalam kehidupan sehari-hari. 

Melatih membaca bisa dilakukan dengan menyediakan buku yang disukai anak atau siswa. Sesuai dengan pendapat Dewi Lestari, "Carilah buku yang Anda suka. Tulislah sebagaimana Anda ingin membaca buku yang disuka."

Oleh karenanya saya selalu mewanti-wanti para siswa yang memperoleh beasiswa PIP atau PKH untuk menyisihkan sedikit uang untuk membeli buku, meski hanya komik. Beasiswa PIP atau PKH jangan sampai terhenti hanya untuk membeli buku tulis, pensil, pulpen, tas, pakaian seragam. Bagaimana pun peruntukan beasiswa terutama PIP atau Program Indonesia Pintar ya biar pintar siswanya. Pintar bisa diraih dengan membaca, membaca dan membaca. 

Setelah membaca buku yang disukainya paling tidak keterampilan membaca semakin terasah. Siswa juga bisa termotivasi untuk membuat tulisan atau komik sendiri. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun