Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kurangi Candu Gadget dengan Permainan Tradisional

25 Januari 2019   04:34 Diperbarui: 25 Januari 2019   04:47 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada saat kita masih kecil, sekitar tahun 1988-1990an pasti sangat familiar dengan permainan tradisional  seperti engklek, bekel , egrang, gatheng, gobak sodor, lompat tali dan sebagainya.

Tiap pagi sambil menunggu bel masuk kelas di halaman sekolah yang masih berupa tanah---belum semenisasi-- penuh oleh kita bersama teman bermain bersama. Ketika jam istirahat pun masih kita isi dengan kegiatan serupa. Istilahnya neruske dolanan atau melanjutkan permainan sebelum bel masuk tadi.

Berbeda dengan kondisi halaman sekolah saat ini. Sudah dipelur atau dicor, tampak rapi tetapi sangat jarang terlihat anak yang bermain engklek, gatheng, ganepo, dan permainan tradisional lainnya. Anak-anak lebih asyik di dalam kelas atau lari-larian.

Anak-anak zaman now tak merasakan sensasi dan manfaat ketika bermain permainan tradisional. Padahal manfaatnya sangat banyak. Menurut para pakar, permainan tradisional sangat bermanfaat untuk mengisi kekosongan penanaman nilai sosial serta latihan sik yang kurang disinggung dalam permainan modern.

Permainan bekel, gobak sodor, gatheng, congklak atau engklek atau lompat tali memungkinkan terjadinya interaksi sosial. Hal ini karena permainan tersebut membutuhkan lebih dari satu orang pemain. Permainan tersebut juga mengajarkan anak untuk mematuhi aturan permainan yang ada.

Tak kalah pentingnya mereka berlatih kompromi dan jiwa sportif untuk menentukan siapa yang kalah dan siapa yang menang. Berkaitan dengan kalah menang permainan secara otomatis mereka berlatih untuk berjiwa besar atau legowo. Anak yang memenangkan permainan tak perlu sombong dan tak perlu mengolok-olok lawan yang kalah.

Begitu juga sebaliknya, anak yang kalah pun tak perlu marah atau sedih. Ada kalanya bermain akan menemui kegagalan, tapi di lain kesempatan bisa saja akan menang.

Selain melatih untuk berjiwa sosial dan sportif pada diri anak, permainan bisa juga melatih anak dalam keterampilan motorik kasar dan halusnya. Pada permainan egrang misalnya, anak dilatih untuk menyeimbangkan tubuhnya dan menyalurkan energi yang berlebih. 

Pada permainan bekel anak akan berlatih untuk mengambil sejenis biji-bijian yang kecil tanpa terjatuh. Yaps, masih banyak manfaat lain, seperti membuat tubuh anak semakin gesit, sehat dan segar.

Melihat manfaat yang cukup besar dari permainan tradisional tersebut, maka ada baiknya orangtua, guru dan masyarakat lebih menggalakkan permainan ini ketika di sekolah, rumah atau lingkungan masyarakat. Akan tetapi bila sesekali anak ingin permainan modern seperti video games, play station dan sebagainya orangtua tetap bisa memperbolehkan. 

Hal ini karena anak perlu variasi permainan, agar mereka tak bosan. Hanya saja ketika bermain permainan modern harus dibatasi karena dampak buruk dari permainan modern tersebut bisa merugikan diri anak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun