Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rindu

15 Januari 2019   07:35 Diperbarui: 15 Januari 2019   07:41 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bencana demi bencana... ah... musibah demi musibah mendera bumi pertiwi ini. Duka masih menyelimuti daerah bencana itu. Korban selamat masih dirundung duka luar biasa. Dalam sekejap kehilangan orang yang dicintai dan dikasihi. Tak hanya seorang. Ada yang dua orang,  tiga orang atau bahkan semua anggota keluarga yang menjadikan sang korban sebatang kara di dunia ini. 

Itu yang dialami Hera. Orangtua dan saudara meninggalkannya selamanya. Gadis cantik mungil itu tergugu melihat keluarganya dimandikan, dishalatkan dan diistirahatkan di pemakaman kampung dalam waktu tak berselang lama. Dengan duka mendalam dia belajar mengikhlaskan semua. 

Selepas penguburan keluarga, Hera menyusuri desanya yang porak poranda diterjang tsunami. Dilihatnya berbagai perabot rumah tangga, kayu, dan beragam sampah terlihat di berbagai sudut desanya. Keindahan desa dengan beragam spot foto, rumah belajar, rumah budaya hanya tinggal puing-puing.

Tak ada tangis dan air mata lagi. Seolah sudah tak ada air mata yang bisa diteteskan. Dilihat sekelilingnya dengan perasaan hancur. Apalagi ketika menyadari ada seorang anak berkebutuhan khusus (ABK) yang bernasib sama dengannya, sebatang kara. Rindu nama anak itu. Dia bertemu dengannya tanpa sengaja ketika mencari ibu yang belum kunjung ditemukan. Saat itu Rindu menangis, tak tahu mau bagaimana melanjutkan hidupnya. 

Akhirnya diajaknya Rindu ke tempat pengungsian. Hidup jelas tak nyaman di sana. Sarana prasarana terbatas. Tetapi syukurlah bantuan demi bantuan berdatangan. Saat melihat seperti ini Hera sangat terharu dengan jiwa solidaritas saudara sebangsa setanah air ini. Begitu juga ketika melihat sukarelawan dengan ikhlas membantu evakuasi korban, pemeriksaan kesehatan dan pemulihan psikologi para korban,  terutama untuk anak berkebutuhan khusus seperti Rindu. Tak peduli apakah relawan itu dari LSM, partai politik atau organisasi sosial atau bahkan organisasi berbasis agama. Korban hanya melihat keikhlasan di wajah mereka. 

---

Dua minggu sejak musibah tsunami, kondisi dan pemulihan desa belum berhasil sepenuhnya. Untuk membangkitkan lagi desa agar bersih, nyaman dan aman butuh waktu yang tak sedikit. Para korban sadar dan yakin bahwa saudara dari Sabang sampai Merauke selalu membantu dan mendoakan mereka. 

"Kak, Rindu ingin ke halaman kelurahan. Mau ikut main bersama teman dan sukarelawan di sana...", Rindu mengatakan keinginannya itu. 

"Kalau Rindu ingin ke sana boleh kok. Bareng teman- temanmu dulu ya. Nanti kak Hera nggak jemput kamu. Kak Hera di sini mau nyuciin bajumu dan membantu ibu-ibu di sini dulu".

Rindu mengangguk dan berlarian menuju kantor kelurahan bersama temannya.  Ya meski kadang anak itu tak disukai teman sebayanya karena fisiknya yang berbeda. Setiap habis Asar anak-anak diajak bermain oleh para sukarelawan. Ya biar anak-anak tidak stress dan trauma dengan musibah yang menimpa tempat tinggalnya. 

---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun