Menjelang Maghrib Hera menjemput ke kelurahan. Ketika dilihatnya gadis kecil itu Hera tersenyum. Dianggapnya Rindu sebagai adik yang akan selalu menemaninya untuk melanjutkan hidup meski fisiknya tak sempurna.Â
Dua minggu adalah waktu yang cukup lama yang bisa mendekatkan Hera dengan Rindu. Saling cerita, mengenang keluarga, saling menguatkan satu sama lain.Â
"Kak Hera dapat salam dari mas Arsyil lho...", cerita Rindu. Hera mencoba mengingat-ingat siapa orang yang dimaksud.Â
"Itu lho kak. Yang dulu bantu tim periksa kesehatan untuk kita..."
Hera menggelengkan kepalanya. Dia tak ingat orang itu dan tak mau memikirkannya. Yang dipikirkan bagaimana bisa hidup dan menghidupi Rindu.Â
"Ah... kakak payah", komentar Rindu dengan polos.Â
---
Rindu menarik-narik tangan Hera.Â
"Apaan sih, dek. Kak Hera masih mau bantu ibu-ibu masak buat makan nanti malam..."
"Alaaah.. Kakak nih. Sesekali nemeni aku."
Rindu terus memaksa Hera. "Teman-temanku sering ditemani orangtua atau kakaknya. Masak aku sendirian terus. Apa kakak malu?"