Saya adalah seorang guru yang masih harus banyak belajar agar bisa mendampingi anak didik dalam belajar mereka. Beragam cara saya lakukan agar anak didik paham dengan mudah akan pelajaran yang mereka terima.
Tak jarang saya memberikan PR agar anak didik belajar di rumah. Selain itu saya jadwalkan atau rencanakan ulangan atau Penilaian Harian yang saya umumkan pada awal semester.
Ketika mendekati materi terakhir saya mewanti-wanti agar siswa mempersiapkan diri untuk ulangan di hari yang ditentukan. Tak lupa kisi-kisi soal saya berikan kepada mereka. Bagaimana hasil ulangan mereka?
Ketika saya berikan kisi-kisi ulangan hasil yang dicapai siswa beragam. Ada yang bagus, ada pula yang tetap di bawah KKM. Apa yang menjadi penyebabnya? Kemampuan otak mereka. Kemampuan menerima pelajaran berbeda pula.
Lalu pernahkah saya memberikan soal harian yang sama untuk ulangan harian? Pernah. Mengapa saya lakukan? Saya ingin mengetes kemampuan mereka baik kemampuan dalam menyimak, memahami, menyimpulkan, menganalisis, atau mengingat hasil praktikum. Lalu apakah hasil pekerjaan mereka bagus semua? Apakah nilai mereka di atas KKM semua?
Sekali lagi, kemampuan siswa dalam mengikuti pelajaran itu sangat beragam. Otak mereka tidaklah sama dalam menerima informasi dari penjelasan atau praktikum. Jadi hasil ulangan pun tak jauh berbeda. Yang pintar nilainya bagus, yang kurang pun nilainya masih tetap sama, kurang dari KKM.
Nah berkaitan dengan ini, rasanya saya bisa mengasumsikan bahwa ketika ada debat capres- cawapres adalah untuk mengetes daya pikir mereka. Mereka adalah putra terbaik bangsa. Kita yakini itu. Akan tetapi di antara mereka pasti akan terlihat sebagai orang yang memiliki intelektual, integritas, dan kemampuan mempresentasikan sebuah data.
Oke. Ada contekan karena soal sudah diberikan seminggu sebelum debat. Akan tetapi menghafal sebuah pertanyaan tentu tidaklah mudah. Bagi orang awam seperti saya mungkin menganggap itu mudah. Tapi nyatanya sulit. Perlu memahami setiap pertanyaan agar tak terjebak pada jawaban yang mungkin sudah dirembug dengan tim suksesnya.
Saya termasuk orang yang terkejut dengan diberikannya pertanyaan debat seminggu sebelum hari H. Kenapa harus begitu? Kita memilih calon pemimpin yang harus bisa menjawab semua pertanyaan yang muncul di negaranya. Pemimpin harus bisa menyerap seluruh aspirasi masyarakat dengan bantuan para menterinya. Tetapi sebisa mungkin dia tetap paham akan masalah negaranya serta solusi yang tepat.
Saya masih berharap ada sesi pertanyaan yang diajukan oleh masing-masing capres dan cawapres untuk lawannya untuk menanyakan jawaban yang sudah dikemukakan para capres dan cawapres. Tentunya pertanyaan tersebut dibuat dadakan karena masing-masing capres-cawapres belum tahu jawaban dari lawan politiknya tadi.
Saya mencoba berpikir positif akan jalannya debat meski yang saya simpulkan sebagai ulangan saja bagi mereka. Ya seperti siswa saya yang ulangan setelah saya berikan materi pelajaran dan belajar bersama di kelas. Saya mencermati bahwa siswa yang cerdas tetaplah cerdas meski diberi kisi-kisi soal, atau bahkan soal yang sama. Sebaliknya siswa yang kurang ya tetap kurang pula capaiannya. Tetapi sebagai pendidik dan orangtua mereka ketika di sekolah, penilaian tak hanya dari faktor intelegensi saja yang dinilai. Ada sikap, spiritual dan keterampilan.