Siapa yang tak kenal dengan dongeng? Ketika kita masih kecil, pastilah tak lepas dari cerita atau dongeng yang disampaikan baik oleh ibu, bapak atau ustaz ketika kita ikut pengajian di TPA. Apabila ibu atau bapak menyampaikan dongeng Kancil, Abu Nawas atau cerita rakyat lainnya, maka sebaliknya, ustaz akan menyampaikan cerita keagamaan, baik kisah nabi maupun para sahabatnya.
Saat ini cerita dongeng sudah berkembang, bahkan di Kompasiana sendiri sudah banyak sekali Kompasianer yang memposting dongeng untuk anak. Sungguh luar biasa kreativitas mereka dalam menceritakan sebuah karya, lengkap dengan nilai- nilai yang terkandung dalam dongeng tersebut. Cerita anak seperti itu sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang karakter pada diri anak. Jangan sampai anak zaman sekarang jadi asing dengan dongeng.Â
Kenangan masa kecil kita di saat ini sudah jarang kita temukan. Anak-anak lebih menyukai tontonan dari televisi. Mereka lebih dimanjakan dengan tayangan audio visual. Bisa kita bandingkan dengan kondisi masa kecil kita dahulu yang mana dongeng selalu mewarnai hari-hari kita. Sandiwara radio pun kerap kita dengarkan sehingga kita mengimajinasikan tokoh, mulai dari bentuk wajah, perangai, pakaian hingga setting sandiwara.Â
Tentu berlainan dengan film-film yang tayangan televisi. Tokoh, pakaian, setting film sudah jelas terlihat, sehingga daya imajinasi ketika menonton televisi bisa dikatakan lebih rendah dibandingkan mendengarkan dongeng ataupun radio.
Dongeng memiliki kekuatan luar biasa untuk menyampaikan nilai-nilai agama, sosial, budaya, serta aturan-aturan lain dalam bermasyarakat. Dari dongeng ini anak-anak dinasehati tanpa merasa dinasehati secara langsung. Tentunya nasehat secara halus yang disampaikan melalui dongeng akan lebih mengena dan dipahami langsung oleh anak.
Dengan sering menyampaikan dongeng, maka kita melestarikan bahasa kasih ibu. Hubungan kasih sayang dari orangtua terhadap anak selalu terjaga. Ada kontak lahir batin antara anak dan orangtuanya sehingga jalinan kasih sayang dalam keluarga akan harmonis dan kuat kokoh.
Pelestarian mendongeng akhir-akhir ini banyak sekali dilakukan para pendongeng muda. Mendongeng menjadi sebuah profesi yang menarik bagi mereka yang peduli dengan dunia anak-anak. Nah berkaitan dengan pelestarian gerakan mendongeng, memang ada beberapa hal yang perlu diketahui untuk mendongeng. Teknik-teknik mendongeng harus benar-benar dikuasai agar anakanak tertarik mendengar sehingga mereka terbiasa menyimak pembicaraan orang lain.
Teknik pertama, vokal yang berguna untuk menyampaikan informasi, misi, visi dalam sebuah dongeng. Pendongeng harus kreatif mengimajinasikan dan menirukan beragam suara yang disesuaikan kebutuhan dan tokoh dalam dongeng. Kedua, tubuh yang bisa mengekspresikan informasi dalam dongeng. Setelah pendongeng bisa menirukan beragam suara sesuai tokoh dan karakternya, lalu dapat diekspresikan dalam bentuk gerakan yang menarik.Â
Dengan cara-cara di atas, anak akan sangat menyukai dongeng. Terakhir, diperlukan juga penghayatan. Pendongeng perlu belajar juga untuk menghayati dan memberikan roh dari dongeng yang dibawakannya. Akan lebih baik jika dalam menyampaikan dongeng, si pendongeng memanfaatkan media yang sesuai cerita. Dengan teknik ini maka cerita dalam dongeng akan mudah dipahami dan nilai- nilai karakter yang positif bisa masuk di hati anak- anak dan ditiiru oleh mereka.
Geliat para pendongeng muda semoga bisa lebih meningkatkan daya tarik dongeng kepada anak. Agar dongeng tak terpinggirkan lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H