Perempuan tangguh itu
Membuat hati pemujanya selalu bergetar
Laksana gelombang di pantai
Menggetarkan karang
Tak mudah memenangkan hatinya
"Aku lebih memikirkan mereka daripada diriku dan dekat denganMu...", Ucapnya lirih kepada Kekasihnya di hening sepertiga malamnya.
Tak terasa bulir air matanya membasahi pipi yang mulai mengeriput dimakan usia dan rasa prihatin sepeninggal suaminya. Sekelebat wajah suaminya membayang di wajah buah hatinya.
"Bagaimana aku tega menyiakan hatinya hanya demi rasa haus kasih sayang diriku. Sementara Engkau memberikan kasih yang melimpah...?", Perempuan itu masih mengadu kepada Kekasihnya.
Terbayang rasa bersalah bila kasih sayang untuk sang buah hati harus dibagi dengan orang yang darahnya begitu asing untuk buah hati. Di benak perempuan tangguh nan shalihah itu hanya ingin melihat sang buah hati menjadi sosok yang sukses, dalam urusan duniawi dan akhiratnya.
Saat itu dialah yang akan tersenyum bangga melihat dirinya telah berhasil mengantar sang buah hati ke gerbang kesuksesan.
Buah hati adalah perhiasan yang harus terus dijaga seperti yang pernah almarhum suami Salikah katakan berdasarkan QS Al-Kahf : 46 yang artinya "Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan"
---
"Ndhuk, ndang rabi wae. Ben ana sing isa mbantu ngopeni bocahmu...", Nasehat ibu mertua Salikah suatu hari.
Salikah menggelengkan kepala.
"Kenapa to, ndhuk? Ibu ora piye-piye. Ibu prihatin ngerti awakmu, ndhuk..."