Mohon tunggu...
JOHN ZAMORA
JOHN ZAMORA Mohon Tunggu... -

John Zamora adalah sebuah nama kreatifitas dalam dunia menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indonesia dan Jepang, Sama kah?

14 November 2013   16:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:10 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Indonesia dan Jepang sama kah?

Saya pernah membaca sebuah anekdot yang cukup menggelitik dan menarik untuk dikaji. Walaupun sebenarnya itu hanya sebuah anekdot, akan tetapi pesan dibalik anekdot itu sangat tepat dengan kondisi bangsa kita hari ini. Dalam anekdot itu diceritakan bahwa ada dua negara yang sedang mengalami musibah yakni bencana alam, satu negara Jepang yang satu negara Indonesia. Pejabat Jepang ketika mendengar berita ada musibah yang melanda negerinya mereka langsung turun kelapangan bertindak dengan cepat, memberikan pertolongan apa yang bisa mereka lakukan. Sebaliknya, pejabat Indonesia ketika mendengar musibah melanda negerinya, apa yang mereka lakukan sangat mencengangkan, mereka membentuk panitia dan kemudian rapat terlebih dahulu ketimbang turun kelapangan melakukan pertolongan. Hal ini tentunya sangat mengherankan pejabat Jepang, rakyat yang sudah dalam kondisi kritis ternyata para pejabat masih sempat menggelar rapat untuk penanggulangan. Ckckckc..luar biasa, ternyata rapat berjalan alot dan terjadi banyak perdebatan, disatu sisi rakyat sudah menangis kelaparan dan kesusahan yang amat sangat. Kontras memang, tapi itulah negara kami yang menganut azas demokrasi termasuk urusan nyawa orang banyak.

Dari anekdot diatas dapat kita tarik suatu pemahaman bahwa perbedaan negara kita dengan Jepang terletak pada mental dan pola fikir para pejabat kita. Kita harus fear menilai realita yang ada. Mental pemimpin kita adalah bossy bukan seorang leadership tulen. Tokcer pada tatanan teori, sementara kocar-kacir dalam praktek. Tidak banyak pejabat negeri ini yang bemental leader yang bisa mengayomi dan mengerti bawahan bukan bermental boss yang tahu Cuma memerintah tanpa mengayomi. Seorang leader mengerti kondisi rakyatnya, humble, sejalan antara teori dan praktek. Singkat kata,  otak nomor satu dan otot nomor dua. Akan tetapi sebaliknya, boss mendahulukan otot daripada otak. Memerintah adalah senjata andalan, bagaimana kondisi bawahan itu adalah urusan yang tak perlu diketahui baginya.

Hari ini kita saksikan polah tingkah pejabat kita yang katanya terhormat dan terdidik itu. Keahlian mereka tidak diragukan lagi, apalagi dalam hal membedakan antara  mana uanga palsu dan uang asli. Two thumbs up, buat mereka yang jarang meleset dalam urusan membedakan uang asli dan palsu. Namun kalau dalam kepentingan rakyat mereka mulai kambuh amnnesianya. Kalau urusan proyek langsung melek.

Pejabat kita saking enak nya dikursi empuk, sehingga menimbulkan syndrom malas turun kelapangan melihat rakyatnya. Kalau kita perhatikan orang Jepang apakah itu profesor, guru besar atau pejabat ketika mereka meninjau sesuatu mereka betul-betul setulus hati dan tanpa embel-embel apapun. Nah, fakta ini diperjelas dengan action mereka dilapangan, kalau seandainya mereka berkunjung ke sawah petani, para pejabat ini memang memakai pakaian yang layaknya petani gunakan. Bagaimana dengan pejabat kita, lucu dan menggelitik hati  kita, kunjungan ke sawah, mereka masih sempat pakai pakaian dinas, safari atau pakaian kemegahan mereka. Ini suatu bukti bahwa mereka hanya bisa berteori tanpa tahu praktek, mahir memberi instruksi nol dalam aksi, jempolan dalam omongan dan nihil dalam perbuatan. Bagi orang Jepang ini merupakan suatu pemandangan yang aneh, ke sawah kok pakai dasi..?

Masih banyak lagi aksi kocak dan heroik para pejabat dan aparatur negeri ini. Sebagai contoh budaya jam karet (BJK), suka membentuk komisi, semboyan sakral “kalau bisa susah kenapa dipermudah”, korupsi, sunat-menyunat dana, pungutan siluman. Dan banyak lagi, mungkin kalau diuraikan satu persatu akan terkejut kita dengan prestasi kebobrokan mereka. Kita tidak menghakimi akan tetapi kita berani mengkoreksi secara fear realita yang ada. Selain itu, malu kita dengan India yang hari ini  telah merancang liburan ke planet Mars, pejabat kita masih saja terampil dalam hal membedakan antara uang asli dan palsu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun