Mohon tunggu...
Jonter Sitorus
Jonter Sitorus Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Jonter Pandapotan Sitorus, kelahiran Pematang pao 1 oktober 1986. Mari Kita Berkarya...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Konsentrasi Intelektual

24 Februari 2014   18:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:31 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kata kosentrasi sering sekali kita dengar dan bahkan kata ini mungkin juga setiap hari kita temukan, kita baca, dan kita dengar dari orang-orang di sekitar kita. Namun, kata itu tampaknya masih mudah untuk dipahami dan belum mudah untuk diterapkan. Dengan pelbagai kemajuan teknologi sekarang ini, tuntutan untuk berkonsentrasi sangat penting. Jikalau saya katakan, orang yang tidak dapat berkosentrasi baik akan berdampak dengan adanya penggilasan masalah pada dirinya. Dengan kata lain, orang-orang yang tidak dapat berkonsentrasi dengan baik maka tentulah orang-orang itu akan mendapat hambatan-hambatan yang berujung pada stagnanisasi mobilitas.

Secara makna kamus konsentrasi memang berarti pemusatan perhatian atau pikiran pada suatu hal. Dalam pengertian tersebut, pemusatan yang dimaksudkan masih bersifat abstrak. Pasalnya berbicara pemusatan perhatian berarti merujuk pada kemampuan otak kita untuk memfokuskan pikiran kita pada objek yang sedang kita lihat atau kepada objek yang sedang kita teliti. Begitu pula dengan objeknya, tentu cukup beragam mulai hal-hal yang bersifat objek yang sulit, sedang, sampai dengan mudah. Oleh karena itu, sangat mengagumkan bila kita melihat orang-orang yang berkonsentrasi tinggi dengan dua objek yang sedang dikerjakan sekaligus? Apakah Anda termasuk di dalamnya?

Sebenarnya definisi leksikal di atas hanyalah pada tataran makna kata yang sederhana. Saya pernah membaca satu artikel bahwa arti kata konsentrasi bukan hanya pada fokus pada satu hal. Akan tetapi, fokus itu harus juga disertai dengan bentuk perlawanan kita atau pengabaian kita pada hal-hal di luar objek tersebut. Dengan kata lain, fokus pada satu hal dan bersamaan dengan itu kita mampu mengabaikan pengganggu lainnya. Misalnya, ketika kita sedang membaca surat di tempat sepi atau sunyi, tentu kita akan mengatakan itu kita sedang berkonsentrasi. Namun, kenyataannya tidaklah demikian. Sebaliknya, kita akan dituntut konsentrasi jika membaca surat itu di tempat keramaian.

Pada dasarnya memang manusia sudah dianugerahkan dengan daya ingat yang hebat. Hal itu terbukti dengan kapasitas otak kita yang sangat canggih tersimpan di dalam kepala kita. Otak yang dianugerahi dengan jutaan neuron atau saraf yang mampu membentuk jaring-jaring pikiran. Hanya yang menjadi persoalan utama adalah pada diri kita sendiri yang selama ini kurang mampu memaksimalkan kemampuan otak untuk berkonsentrasi. Selain otak yang dianugerahkan Tuhan kepada kita, Tuhan juga menganugerahkan sebuah hati yang menghasilkan berbagai macam rasa emosi. Oleh karena dua kemampuan ini, manusia memiliki dua jenis konsentrasi yaitu sadar pikiran atau beberapa tulisan menyatakan ini dengan istilah mind focus dan konsentrasi sadar emosi atau sadar rasa atau dengan istilah heart focus. Dengan kata lain, keduanya akan memiliki fungsi masing-masing sebagai penstabilan pikiran dan penstabilan emosi.

Begitu sulitnya untuk berkonsentrasi sehingga kita perlu waktu khusus melatih kemampuan itu. Saya teringat dengan salah satu profesi yang sering mengatakan kata “konsentrasi” , yaitu para pesulap. Bila seseorang yang hendak dihiptonis, pasti kata-kata yang sering diungkapkan oleh sang pesulap adalah konsentrasi? Mengapa harus kata konsentrasi? Mengapa tidak kata lain yang dimunculkan oleh sang pesulap? Alasannya tak lain dan tak bukan adalah pada saat itulah proses kerja otak sudah dimanipulasi oleh kata-kata yang diucapkan sang pesulap. Oleh karena itu, tidak heran bila kita melihat orang-orang yang dihiptonis selalu menuruti apa pun yang hendak disampaikan oleh sang pesulap.

Begitu hebatnya makna konsentrasi sehingga kata-kata ini juga sering digunakan pada beberapa profesi. Misalnya, profesi seorang guru yang selalu menyampaikan agar para siswanya berkonsentrasi sesaat akan memulai pembelajaran. Profesi seorang penembak yang harus memfokuskan perhatiannya pada target yang akan ditembak. Profesi pembalap profesional yang berkonsentrasi untuk menaklukkan beberapa tikungan tajam. Masih banyak profesi yang lainnya. Tentu semuanya akan bermuara pada kata konsentrasi.

Harus kita akui memang bahwa untuk dapat berkonstrasi dengan baik, selain dari latihan-latihan yang rutin, konsentrasi dapat dipengaruhi oleh faktor lainnya. Faktor ini kita kategorikan saja faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dalam itu akan terkait dengan kondisi kepribadian seseorang dan faktor luar lebih pada situasional dan konsdisional lingkungannya.

Kembali pada judul tulisan ini, konsentrasi yang akan dibicarakan adalah konsentrasi pikiran yang lebih khusus lagi konsentrasi itu digunakan pada tingkat intelektual. Banyak pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi intelektual. Namun, dalam hal ini saya hanya menyoroti konsentrasi intelektual dalam bidang pendidikan.

Sebagai guru, tantangan kita agar para siswa kita untuk berkonsentrasi sangatlah sulit. Bila kita sudah mampu mengajak siswa untuk berkonsentrasi belajar, tampaknya tidak terlalu berlebihan kita megatakan bahwa mereka akan berhasil dalam setiap materi pelajaran. Kita sebagai guru tidak akan merasa “teraniaya” oleh sikap siswa yang sulit untuk diarahkan. Bahkan terkadang kita tidak akan sulit menjadi sahabat mereka. Dengan begitu, kita sangat mudah untuk mengarahkan mereka tanpa ada kata-kata bentakan, makian, cemoohan yang berujung pada penyiksaan pikiran dan hati kita sendiri.

Perbedaan tingkat konsentrasi siswa memang berbeda-beda. Terkhusus lagi bila kita seorang guru SD bukan main sulitnya untuk mengajak mereka berkonsentrasi. Bahkan dengan tingkah mereka yang umumnya kinestetik membuat beberapa guru menyerah. Oleh karena itu, kita harus mencari cara agar mereka mau berkonsentrasi. Akhir-akhir ini memang cara yang hangat dibicarakan adalah dengan metode pembelajaran hipnoteaching. Pembelajaran yang dirahkan lewat hiptonis dengan harapan siswa-siswi tersugesti dan lebih memudahkan mengarahkan mereka untuk berkonsentrasi. Hanya memang model pembelajaran ini membutuhkan pelatihan-pelatihan khusus agar setiap langkah-langkah penerapannya tepat. Namun, sebelum kita menerapkan metode atau model di atas, kita tentunya harus memahami akar permasalahan mengapa siswa akhirnya sulit untuk berkonsentrasi. Pengetahuan kita akan sulitnya siswa berkonsentrasi berarti kita juga sedang berkonsentrasi untuk memahami mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun