Mengapa publik seakan antipati kepada sikap politik Pak Susilo Bambang Yudhoyono (selanjutnya disebut sebagai pak Susilo), seorang mantan Presiden yang terus bersuara seiring masa Pilkada?
Tak lain dan tak bukan, ada dalam asumsi rakyat pada sikap politik Pak Susilo.
Setelah turun dari posisi kepresidenan, Pak Susilo rajin mengisi berbagai acara yang berkenaan dengan politik, baik itu mengenai hubungan internasional, kebijakan publik, dan politik. Di Singapura saya sering melihat beliau diundang ke sekolah bisnis negeri ternama di Singapura, Singapore Management University (SMU). Disini saya melihat kharisma beliau yang tidak leyeh-leyeh santai seperti gambaran umum orang paruh baya, melainkan berusaha melengkapi lebih banyak orang di tengah usianya yang tidak terlalu muda. Terlepas dari kontroversi-kontroversi yang saya tak terlalu pahami, saya tetap melihat beliau sebagai figur yang patut dihormati.
Namun, respek saya  mulai terganggu ketika mulai ada pencalonan anak beliau sendiri, Agus Yudhoyono, mayor TNI (yang sekarang menjadi mantan) untuk maju dalam pilkada Jakarta. Melihat latar belakang Pak Agus yang lebih banyak berkiprah di luar negeri, saya heran hati apa yang dia punya untuk Jakarta? Prasangka untuk membangun dinasti politik pun mulai menyeruak.
Beragam blunder politik dari pihak Pak Susilo bermunculan. Kericuhan medsos tiap anggota keluarga beliau dalam kritik Pak Agus, turunnya beliau dalam kampanye Pilkada Pak Agus, sampai paling baru tuduhan penjelekan nama Agus pada Antasari dari pernyataan politik yang tak ada hubungan sama sekali. Bau dugaan dinasti politik semakin menyeruak.
_____
Lantas, apakah yang kita takuti dari sebuah dinasti politik?
Mungkin kita takut akan sebuah penguasa yang akan memihak segelintir orang saja; dimana keadilan adalah yang diatur oleh koneksi penguasa, bukan kompetensi seseorang.
Mungkin kita kesal pada perwujudan egoisme yang tampak dalam kecintaan diri, perlindungan diri, dan penyelamatan diri; seakan tak ada ruang bagi kesalahan dirinya.
Mungkin kita ngeri, melihat betapa besar pengaruh kekuasaan dapat mengatur, bahkan mengubah takdir banyak orang, baik bagi yang memegang atau yang tunduk di bawahnya.
Mungkin kita takut, jika Pak Susilo menjadi simbol dari puncak kehausan ambisi; sesuatu yang bisa terjadi pada kita semua. Cermin dari batin egois kita jika telah mencicipi harta dan takhta.