Sejak akhir perang dingin, sebagian besar kehancuran demokrasi bukan disebabkan oleh para jendral dan serdadu, melainkan pemerintah hasil pemilu. Kemunduran demokrasi hari ini, dimulai dari kotak suara -hal XI.
Oleh : Jonny Ricardo Kocu *
Kalimat di atas menjadi pengantar bagi kita untuk memahami isi buku ini. Bagaimana Demokrasi Mati ? jawaban awalnya, demokrasi mati karena hasil pemilu.Â
Namun, untuk memahami gejalanya dan bagaiman upaya menjaga demokrasi, dalam tulisan ini saya memaparkan ringkasan singkat dari buku yang ditulis oleh dua Profesor Amerika. Sekaligus, kontekstualisasi kondisi Indonesia saat ini.
 Buku ini terdiri dari 9 bab, saya tidak akan membahas secara rinci tiap bab, melainkan saya akan merangkum  beberapa poin penting dari buku tersebut. Walau di tulis dalam konteks Amerika.
Kedua penulis membawa kita pada contoh dan Sejarah demokrasi dan otoritarianisme di belahan dunia lain, seperti Mussolini, Hitler, Putin, Egdogard, Chalves, Fujimori dan banyak contoh lainnya dari Amerika Selatan, Asia hingga Eropa.Â
Penulis juga menyajikan beberapa sejarah demokrasi dan politik Amerika. Dalam buku ini, beberapa istilah kunci yang digunakan sebagai musuh demokrasi, antara lain ;Â demagog, ekstrimis, autokrat, dan otoriter atau otoritarianisme.
Bagaimana Demokrasi Mati ?
Bagaimana demokrasi mati? Atau kita bisa bertanya dengan cara lain; bagaimana pemimpin yang membuat demokrasi mati, lahir atau muncul ? Bagi kedua penulis, pemimpin autokrat yang otoriter sebagai pembunuh demokrasi lahir melalui 3 hal:Â