Mohon tunggu...
Jonny Ricardo Kocu
Jonny Ricardo Kocu Mohon Tunggu... Dosen - Seorang Pengajar dan Penulis Lepas

Suka Membaca dan Menulis. Tertarik pada Politik & Pemerintahan, Sosial Budaya, dan Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Kriminalitas yang Tinggi di Kota Sorong: Dari Masalah Kependudukan, Pendidikan, hingga Kegagalan Pemerintah

7 Juni 2024   09:23 Diperbarui: 21 Agustus 2024   20:52 976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh  : Jonny Ricardo Kocu *  

Artikel ini bertitik tolak pada dua hal. Pertama, kasus kriminal (pencurian, pembegalan, pembunuhan dan lainnya) yang meningkat di kota Sorong, Papua Barat Daya. Kedua, Pernyataan Paul Finsen Mayor (PFM), yang mengatakan bahwa pihak kepolisian silahkan menembak mati siapun yang melakukan kejahatan di Kota Sorong. Selanjutnya, artikel ini mengulas akar masalah tindakan kejahatan, sekaligus menawarkan alternatif solusi, salah satunya menghadirkan pemimpin yang membawa perubahan, lewat pemilukada 2024 nanti.

Sumber: https://regional.inews.id/berita/komplotan-begal-sadis-di-kota-sorong-ditangkap-5-pelaku-ditembak-polisi
Sumber: https://regional.inews.id/berita/komplotan-begal-sadis-di-kota-sorong-ditangkap-5-pelaku-ditembak-polisi

Kondisi Kota Sorong

Ketika awal tahun 2023, saya tiba di kota Sorong, sepulang menyelesaikan studi di kota Yogyakarta. Kini, hampir satu tahun lebih saya menetap di kota sorong dan telah bekerja. Sepanjang waktu itu, tiap hari saya melihat berita lokal termasuk beberapa media sosial ( Lihat : Instagram @kopukabar, @sorong-info) yang selalu mengabarkan informasi seputar kota Sorong (termasuk Aimas, kabupaten Sorong). begitu juga berdasarkan laporan Porlesta Sorong Kota, kasus kriminalitas di Kota Sorong mencapai angka 1.082 kasus pada tahun 2023 (TribunSorong.com). Informasi ini didominasi oleh masalah keamanan dan kejahatan :Pencurian (pencurian motor paling dominan), penjambretan, pembegalan, pembunuhan, termasuk kecelakan lalulintas. Berita tersebut juga banyak menunjukan keberhasilan polisi Tim mangewang Porlesta Sorong Kota dalam menangkap para pelaku kejahatan. Sebagian besar pelaku adalah generasi muda (bahkan beberapa remaja), dengan rentang usia kira-kita 15- 30an tahun, dan secara khusus sebagian besar pelakunya Orang Asli Papua (OAP).

Keberhasilan polisi dalam beberapa kasus, tidak sebanding dengan kasus kriminalitas di kota Sorong (termasuk sebagain wilayah kabupaten Sorong), yang terus meningkat, akhir-akhir ini bahkan menjadi-jadi. Saya tiap pagi sering melihat ada informasi kejahatan di akun instragram @kopukabar dan @sorong-info , ketika memperhatikan kolom komentar, banyak netizen mengutuk tindakan tersebut, beberapa mencaci-maki; bahwa pelaku pemalas kerja dan makina lainnya. Bahkan yang paling anyar, pernyataan dari PFM seorang senator (DPD) yang baru terpilih mewakili Provinsi Papua Barat Daya, yang mengatakan " bahwa pihak kepolisian harus menembak mati setiap pelaku kekerasan di kota Sorong ".

Melihat Fenomena Kriminalitas di Perkotaan, Seperti Melihat Gunung Es di Lautan.

Apakah masalah kriminalitas (kejahatan) di Kota Sorong yang meningkat, disebakan oleh masalah sepele : Orang malas bekerja ? orang suka mabuk-mabukan saja ? ataukah dengan menembak mati para pelaku, akan menyelesaikan masalah atau menjadi efek jera bagi pelaku lainnya ?

Pertanyaan-pertanyaan seperti di atas, atau pertanyaan lainnya yang ada di kepala kita. Tidak bisa dijawab dengan cara dan kesimpulan sederhana, seperti pelaku kejahatan adalah karena orang mabuk, malas kerja dan harus ditembak mati. Atau, kita tidak bisa menyimpulkan dengan kacamata kuda : basis individu (mabuk dan malas). Melainkan, kita perlu melihat sistem dan struktur fisik, maupun kebijakan politik (pemerintahan) yang membentuk dan mendorong tindakan kejahatan muncul, dan terus berkembang. Ibarat gunung es di lautan; Permukaan adalah kejahatan yang terlihat, atau kita berkata bahwa kejahatan tersebut karena orang mabuk dan malas. Namun, sebenarnya bagian terbesar gunung es ada di bawah permukaan laut. Bagian terbesar itu berisi; Kependudukan (Urbanisasi dan Migrasi), Pendidikan dan Pengangguran, serta Kegagalan Pemerintah (terutama Walikota Sorong).

Sumber: https://www.rri.co.id/lain-lain/92666/ratusan-hektar-kawasan-kumuh-di-banjarmasin-belum-tertangani
Sumber: https://www.rri.co.id/lain-lain/92666/ratusan-hektar-kawasan-kumuh-di-banjarmasin-belum-tertangani

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun