Mohon tunggu...
Jonny Hutahaean
Jonny Hutahaean Mohon Tunggu... Wiraswasta - tinggi badan 178 cm, berat badan 80 kg

Sarjana Strata 1, hobby membaca

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kecepatan Melupakan Rakyat

17 April 2014   16:56 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:34 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tak ada apapun yang dapat bergerak secepat cahaya (c). Untuk mengakselerasi sebutir debu saja agar mencapai kecepatan 0,9999999999 c, maka seluruh energi di jagad raya habis terpakai. Begitu teori di dalam ilmu Fisika. Lain halnya di dalam jagad perpolitikan.

Hasil resmi pemilu belum diumumkan, semua baru hasil dari hitung cepat (quick Count) yang diperoleh melalui sampling TPS. Biasanya berhitung dengan cepat memiliki potensi kesalahan yang cukup lumayan.

Meski begitu, Parpol-parpol sudah memakai hasil hitung cepat sebagai dasar bertindak dan bergerak. Negosiasi dan lobi politik sudah berlangsung intens, baik terang-terangan ada pula yang dibalik layar tersamar dan sumir. Semua bergerak cepat menghubungi siapa dan lalu memberikan apa untuk mendapatkan apa, koalisi untuk kepentingan pemenangan pada pemilu capres. Tentu masuk akal jika sekalian dibahas juga, siapa menduduki jabatan apa jika nanti koalisi memenangkan pemilu capres. Sapi mulai masuk gelanggang dan dagang sapi politik sudah dimulai, jadi SIFAT ASLI SUDAH MULAI TERLIHAT.

Dan sungguh tidak begitu terang apa yang dijadikan dasar untuk berkoalisi, selain perolehan jumlah suara pada pemilu caleg. Kini saya merasa suara saya (rakyat) mulai dimain-mainkan Parpol untuk bernegosiasi meraih keuntungan politik yang sebesar mungkin untuk partai atau bahkan untuk diri sendiri. Janji kampanye perlahan mulai menguap dan terlupakan.

Pemilu caleg baru seminggu berlalu, dan bahkan pemilu ulang masih berlangsung. Tinta celup di jari kelingking bahkan masih membayang, dan TPS di kelurahan tempat saya tinggal belum dibongkar, RAKYAT SUDAH DILUPAKAN. Betul juga, saat kau tusuk gambar parpol dan gambar caleg di kertas suara di TPS tempat kau mencoblos, itulah batas akhir kau diperlukan dan atau diingat. Kau telah tiba di garis perbatasan dan di seberang garis itu adalah wilayah eksklusif yang tidak akan pernah kau kunjungi, jadi saatnya kembali ke kenyataan dan menghadapi pertarungan hidup, hadapilah sendiri dan bertarunglah sendiri.

Lihatlah, bahkan hasil resmi pemilu belum diumumkan. Tetapi semua sudah tidak sabar menunggu, hasrat dan nafsu kuasa sudah menggelegak sampai di ubun-ubun, menekan mata menjadi merah dan  memacu jantung hingga nafas menjadi ngos-ngosan. Menunggu memang membosankan dan menyiksa, terlebih jika yang ditunggu adalah KUE KEKUASAAN DAN HARTA. Keduanya dapat membuatmu melakukan apa saja.

Sesekali masih terlontar kata “demi kepentingan Bangsa”, tetapi getarannya tidaklah beresonansi dengan kebutuhan rakyat, sebab sebagai politisi kalimat “demi kepentingan bangsa” wajib dihafal, kalau perlu  berulang-ulang di depan cermin sampai menjadi hafal betul.

Jadi, ya memang begitulah. Itu sebabnya saya bingung kalau mereka berkata bahwa pemilu tahun 2014 adalah momentum perubahan. Entah mengubah dari seperti apa agar menjadi seperti apa. Ada yang tidak berubah, anggota legislative petahana tetap menjadi anggota legislatif. Ada yang berubah, anggota legislatif petahana tidak mendapat jumlah suara yang cukup dan digantikan anggota “fresh graduate”.

PERUBAHAN BARU SEBATAS ITU SAJA.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun