Mohon tunggu...
Jonny Hutahaean
Jonny Hutahaean Mohon Tunggu... Wiraswasta - tinggi badan 178 cm, berat badan 80 kg

Sarjana Strata 1, hobby membaca

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

DPRD DKI, Kenapa Layu sebelum Mekar

12 Maret 2015   12:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:46 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Perseteruan Gubernur dengan DPRD DKI meredup sebelum mencapai klimaks, dan DPRD berada di pihak yang kalah. Disayangkan sebetulnya, akan lebih baik seandainya perseteruan itu mencapai klimaks sehingga bisa diharapkan terbongkarnya sejenis mafia, entah pihak yang manapun yang menjadi aktor permafiaan itu. Maka dengan itu kita bisa berharap keadaan yang lebih baik dan lebih menjanjikan di masa yang datang. Tetapi ya begitulah.

Semangat aklamatif dari DPRD DKI pada awal pengajuan interpelasi begitu membara, ehee ehe tiba-tiba pudar meredup, tinggallah jantung yang masih berdegup menanti hasil penelisikan KPK tentang anggaran siluman. Sebanyak 102 orang dari 106 anggota DPRD DKI setuju dengan penuh nafsu, sangat bersemangat membubuhkan tanda tangan untuk menggunakan hak interpelasi, kenapa tiba-tiba meredup? Adakah ketakutan yang terpicu oleh gossip “anggaran siluman”? Kini yang kita lihat adalah kesibukan anggota DPRD untuk mencuci tangan dan membersihkan diri. “Saya merasa interpelasi itu tidak sesuai,” kata orang yang dulunya bersemangat membubuhkan tanda tangan untuk menggunakan hak interpelasi itu. Huh ….. kualitas rombengan.

Kini DPRD mencoba mengalihkan dari penggunaan hak interpelasi menjadi sekedar mempertanyakan etika. “Saling mengerti dan saling memahami” menjadi kalimat favorit. Kalimat itu terdengar santun dan sopan, tetapi karena yang mengatakannya adalah politikus, dan politikus di mana pun selalu berkata-kata dengan kalimat bersayap-sayap, maka kalimat “saling mengerti dan saling memahami” dapat saja bersinonim dengan persekongkolan, kolusi, atau permafiaan. Lhu mengertilah bahwa proyek UPS itu adalah bagian gue, dan lhu juga perlu memahami kalau tidak begitu caranya, kapan gue kembali modal. Sekian miliar rupiah gue ngutang untuk dapat duduk di kursi ini, itu harus dibayar. Dari gaji mana cukup bro……

Ayo donggg …. DPRD, maju terus dan gunakan hak-hak konstitusionalmu. Interpelasi harus jalan terus, semua warga DKI bahkan seluruh rakyat Indonesia mendukung anda semua. Ayo … dong, DPRD, jangan mundur begitu dong. Ini semua demi kebaikan bersama. Masak sih kalian biarkan seorang Ahok mengangkangi hak-hak konstitusionalmu, masa sih hanya sebegitu saja keberanian yang kalian miliki, masa sih hanya sebegitu saja nyali seorang politikus, masa sih hanya sebegitu saja kejantanan kalian? Duhai Gusti ….. gue sedih deh.

ATAU ADA SESUATU YANG MEMBUAT KALIAN KETAKUTAN?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun