Mohon tunggu...
Jonny Hutahaean
Jonny Hutahaean Mohon Tunggu... Wiraswasta - tinggi badan 178 cm, berat badan 80 kg

Sarjana Strata 1, hobby membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Terima Kasih UGM atas GeNose-mu

22 Maret 2021   14:02 Diperbarui: 22 Maret 2021   14:25 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Terimakasih kepada tim riset dari UGM yang berhasil mengembangkan "GENOSE". Selain harga yang sangat terjangkau, kecepatan hasil yang menakjubkan, terpenting adalah akurasinya yang setara dengan metode lain, sedangkan metode lain itu harganya sangat mencekik leher.

Jika hingga kini genose belum dimanfaatkan secara luas, tetapi baru digunakan pada wilayah yang sangat terbatas yang tujuannya hanya agar ada yang diberitakan, itu bukan lagi domain para periset di UGM, itu domainnya pemerintah. Anda semua, para periset UGM, layak mendapat bintang.

Dari penjelasan cara kerja genose (prinsip yang mudah dipahami), hasil negatif bisa berlaku 3 hari, harga pemeriksaan yang sangat terjangkau dan tidak perlu ditunggu berjam-jam, maka logika yang sehat dan normal akan menyimpulkan bahwa genose sangat layak digunakan menjadi alat perunut (tracing) yang sangat andal, mudah diterapkan secara massal, bahkan menjangkau sampai ke tingkat RT. Setengah jam sebelum pemeriksaan jangan makan jengkol, petai, duren dan jangan merokok, tarik nafasmu melalui hidung lalu hembuskan ke melalui mulut ke dalam kantong, serahkan kantongnya dan hasilnya tunggu 3 menit. Bayar hanya 20000 rupiah. Murah,dan mudah.

Tetapi logika ternyata tidak selalu sehat dan tidak selalu normal. Keuntungan bisnis bisa membelokkan segalanya. Genose di empat Stasiun dan tiga bandara menunjukkan ketidakseriusan menerapkan manfaat genose untuk melakukan perunutan skala nasional.

Mengapa begitu? ... jelas saya tidak tahu. Tetapi belakangan ada sesuatu yang membuat keheranan melanda otak dan pikiranku, sampai teraduk-aduk membuat pusing.

Komisi VII DPR menyampaikan protes karena harga pemeriksaan dengan genose hendak dinaikkan dari duapuluh ribu rupiah menjadi tigapuluh ribu rupiah. Menurut Komisi VII tersebut, harga itu membebani masyarakat. Lantas apa yang membuat heran?, bukankah protes seperti itu betul dan mencerminkan kepedulian pada masyarakat?..... bah, kepedulian?

Jika genose yang tigapulu ribu rupiah disebut membebani masyarakat, lalu harga swab PCR yang sejuta rupiah, rapid antigen yang setengah juta rupiah, rapid antibody yang duaratus ribu rupiah disebut apa? .... mencekik masyarakat? Tapi kok tidak pernah ada suara protes kecuali dari masyarakat itu sendiri.

Mungkinkah COVID-19 ini tidak hanya pandemi?, apakah didalamnya ada bisnis, keuntungan finansial dan politik? ..... semoga tidak begitu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun