Mohon tunggu...
Jonny Hutahaean
Jonny Hutahaean Mohon Tunggu... Wiraswasta - tinggi badan 178 cm, berat badan 80 kg

Sarjana Strata 1, hobby membaca

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Ungkapan Cerdas Ferdinand Hutahaean, Korupsi di KKP Itu Recehan

1 Desember 2020   16:05 Diperbarui: 1 Desember 2020   16:13 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mari kita coba mencermati apa yang diungkapkan oleh Ferdinand Hutahaean di instragramnya, korupsi di KKP itu recehan.

Melihat jumlah yang diduga diterima Edhy Prabowo, Rp 3,4 miliar ditambah 100000 USD, maka Ferdinand benar dan betul. Jumlah itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan anggaran gelap pengadaan lem aibon di DKI. Jangan pula bandingkan ke Edy Tansil, Century, E-KTP, BLBI, Pelindo, Jiwasraya, terutama isu terakhir yang bernilai 37 triliun rupiah.

Dalam hal jumlah, Ferdinand benar sekaligus salah. Salah karena memasukkan kosa kata "recehan" ke dalam tindak pidana korupsi. Hukum tidak mengenal istilah recehan, korupsi ya korupsi. Semua yang terbukti korupsi harus dihukum, jika perlu seperti ungkapan Ibu Susi P, tenggelamkan.

Tetapi bisa saja ungkapan "korupsi KKP itu recehan" bermaksud lain, dan ditembakkan ke arah yang lain. Misalnya begini, sebenarnya KPK paham bahwa korupsi di KKP itu dari sisi jumlah memang sangat receh, tetapi muatan atau bobot politiknya sangat besar sekali, sebab Edhy Prabowo itu wakil ketua Partai Gerindra. Apakah Ferdinand sedang melemparkan tuduhan bahwa KPK sudah menjadi alat politik?. Jika benar begitu, kita dalam masalah. Kita semua paham, ke manapun politik masuk, di situ akan timbul kekacauan.

"Korupsi KKP itu recehan" bisa juga dipahami dengan cara begini, bahwa di suatu tempat sedang terjadi penggerogotan uang negara dalam jumlah sangat besar, tapi karena satu dan lain hal KPK tidak melakukan penyelidikan. Hal ini juga berarti bahwa korupsi di KKP diungkap hanya untuk memalingkan wajah publik dari korupsi gede-gedean di tempat lain itu Jika begitu halnya, kita menghadapi masalah besar. Seperti kekaisaran Romawai yang membentang di separuh bola dunia, dapat runtuh hanya akibat korupsi.

Ternyata jika dicermati, ucapan Ferdinand bahwa "korupsi di KKP itu recehan", bukanlah ungkapan recehan, tetapi di dalam ungkapan itu tercermin kecerdasan berbahasa. Kalimat itu bersayap banyak, bisa diarahkan ke mana saja, terserah siapa yang menafsirkan. Apapun tafsiran oleh siapapun, Ferdinand akan selalu lolos dari semua masalah yang dapat timbul dari ungkapannya itu.

Untuk mengurangi kecemasan, ucapan "korupsi di KKP itu recehan" saya pahami dengan cara yang berbeda. Bahwa KPK sudah mulai menggeliat lagi setelah terlelap agak lama, dan mengungkap korupsi di KKP hanya sinyal bahwa KPK sudah siuman dari tidur panjangnya. Berhati-hatilah ...... berikutnya adalah koruptor kakap, dilanjutkan ke koruptor hiu.

Ada sedikit masalah, setelah KKP, dilanjut ke OTT wali kota Cimahi, eh masih recehan juga. Kapan yang kakap?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun