Ucapan Bu Megawati agar pemerintah tidak memanjakan generasi milenial sempat menuai protes. Entah untuk apa dan entah apa yang diprotes tidak jelas, karena sebenarnya pemerintah tidak boleh memanjakan siapapun, generasi yang manapun. Saya sendiri suka dan setuju dengan Bu Megawati ini, dan perlu diketahui saya bukan pendukung fanatik partai yang manapun.
Generasi milenial (Gen-y), adalah pengkotakan, fragmentasi berdasarkan usia. Ada yang bilang generasi milenial itu lahir antara 1981 -- 1995, batas yang sama sekali tidak membuat kita menjadi lebih paham. Lantas, yang lahir pada 31 Desember 1980 pada pukul 23.55 WIB menjadi generasi-x (kelahiran 1961- 1980), hanya lima menit sebelum generasi-y pertama lahir.
Begitu juga yang lahir pada tanggal 1 Januari 1996 pada pukul 00.05 WIB, menjadi generasi-z (kelahiran 1996 -- 2010), hanya lima menit sesudah generasi-y terakhir lahir. Lantas yang lahir pada selang tahun 2011 -- 2025 kita sebut generasi apa?, sebab huruf terakhir (z) sudah diambil generasi-z.
Tetapi yang paling lucu, aneh, membingungkan adalah pengkotakan generasi berdasarkan sifat, karakter, ambisi, pola pikir, jenis sosial media.
Coba bayangkan, generasi-Y dan generasi-z dibedakan salah satunya dengan cara seperti ini: generasi-y umumnya memakai sosmed Facebook, Twitter dan Instagram, sedangkan generasi-z menggunakan Instagram.
Berdasarkan pengkotakan seperti ini, generasi kelahiran 2011 ke atas akan kita juluki generasi tiktok. Lantas, nenek saya yang lancar menggunakan Facebook, twitter, instagram, dan tiktok, itu masuk generasi yang mana ya.
Kelucuan dan kegilaan lainnya, pengkotakan berdasarkan lingkungan kerja. Katanya generasi-x menyukai jenjang karier yang jelas, suasana kantor yang efisien dan fleksibel, informasi yang jelas mengenai manajemen perusahaan, sedangkan kesukaan generasi-y adalah fleksibel, suasana kantor yang kekeluargaan, selalu ada tantangan baru, bekerja sama baik dengan rekan-rekan sekantor.
Saya sendiri yang lahir tahun 1966 (berdasarkan tahun lahir saya generasi-x), tidak menyukai karir yang pasti dan karena itu memutuskan keluar dari perusahaan tempat saya bekerja, agar setiap hari dapat berjumpa dengan tantangan yang baru, maka seharusnya saya generasi-y, tetapi saya tidak doyan sosmed seperti Facebook, twitter, akun instagram tidak ada, tiktok juga tidak suka, buang-buang waktu. Yang jelas, jangan sebut saya generasi-G (Gelap).
Selalu ada orang yang lebih menyukai pekerjaaan tetap dengan jenjang karir yang pasti (seperti PNS), selalu ada orang yang lebih menyukai petualangan karir, selalu ada saja orang yang lebih memilih ketidakpastian dibandingkan kepastian, di setiap generasi karakter seperti itu selalu ada.
Jadi membuat pengkotakan generasi berdasarkan karakter itu adalah kesalahan besar. Mengkotakkan generasi berdasarkan ambisi, keinginan, passion, daya tahan, daya juang, juga adalah kesalahan besar. Di setiap generasi, semua karakter itu selalu ada.
Sebuah pertanyaan besar, teknologi internet yang menjadi tulang punggung teknologi informasi, IC (Integrated Circuit) yang menjadi otak ponsel, itu hasil karya generasi apa? Â yang pasti bukan hasil karya generasi-y apalagi generasi z.