Mohon tunggu...
Jonny Hutahaean
Jonny Hutahaean Mohon Tunggu... Wiraswasta - tinggi badan 178 cm, berat badan 80 kg

Sarjana Strata 1, hobby membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

APBN dan Akuntabilitas Seleksi Mahasiswa Baru PTN

10 April 2018   16:46 Diperbarui: 10 April 2018   16:52 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.gogirl.id

Jalur mandiri yang menggunakan ujian tulis sendiri juga sama tertutupnya dengan SBM PTN. Panitia tidak mengeluarkan kunci jawaban setelah ujian selesai, siswa peserta ujian tidak bisa mengetahui berapa skor yang dicapainya.

Sejumlah hal yang aneh terdapat pada jalur mandiri yang menggunakan skor SBM PTN. Walau tidak ada ujian, tetapi biaya pendaftaran melalui jalur ini cukup mahal. Sulit untuk menjelaskan ke mana biaya pendaftaran itu digunakan.

Keanehan yang lain, ketika pada jalur SBM PTN seorang siswa memilih Kedokteran di PTN A ternyata gagal. Tetapi siswa tersebut lulus pada jurusan kedokteran di PTN A melalui jalur mandiri yang menggunakan skor SBM PTN sebagai dasar seleksi.

Kalau anda menjadi mahasiswa baru di Universitas Brawijaya jurusan kedokteran melalui jalur mandiri, siapkanlah uang minimum Rp 197.485.000,- sebagai sumbangan awal sekali di bayar. Kalau hendak menjadi mahasiswa di UNDIP lewat jalur mandiri, siapkan sejumlah Rp 100.000.000,-, kalau UNAIR yang anda siapkan cukup Rp 70.000.000,-, dan ke ITS jurusan teknik yang harus anda siapkan Rp 75.000.000,-

Bagaimana menjelaskan, saat anggaran pendidikan sudah mencapai 20% dari APBN, sekitar empat ratus triliun rupiah, tetapi biaya kuliah makin mahal?. Dulu tahun 1985 saat 1 USD = Rp 2.500,-, biaya kuliah saya per semester adalah Rp 54.000,- saja, dan saat itu anggaran pendidikan hanya 5% dari APBN.

Nanti di masa depan saat anda sudah dokter, hanya untuk mengukur tekanan darah dan menyenter ke mulut pasien, anda harus mengenakan tarif biaya dua ratus ribu rupiah. Jika tidak, kapan modal akan kembali?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun